Awalnya, kalender Imlek mengacu pada peredaran semu tahunan matahari atau Suryakala/Solar/Syamsiah.
“Bagi masyarakat China pada putaran satu tahun terdapat lima fase sesuai jumlah unsur Wu Xing. Lima unsur itu meliputi kayu, api, tanah, logam dan air,” tutur Suhu Jeremy.
Setiap fase tersebut berumur 72 hari lalu dibagi kembali menjadi dua bulan berumur 36 hari. Sehingga, pada satu tahun akan mengandung 10 bulan dan 360 hari.
“Kalender Imlek dalam sejarahnya mengalami perubahan dari masa ke masa,” tutur Suhu Jeremy.
BACA JUGA: Mengapa Imlek Selalu Hujan? Ini Jawabannya Kata Suhu Jeremy, Ini Simbolnya
Seiring waktu, terjadi perubahan zona waktu dari waktu tolok Shanghai (UT+8.05.43) ke waktu Tolok Tiongkok (UT+8) sejak tahun 1901.
Hal ini kemudian mempengaruhi perhitungan 24 chi dan fase bulan baru dalam perhitungan penentuan tahun baru atau Hari Raya Imlek.
Pada tahun 1949, Tiongkok (China) akhirnya menerapkan waktu musim panas atau daylight saving time dengan menambahkan 1 jam saat musim semi dan musim panas, menjadi UT+9.