Sehingga, saat musim semi atau Imlek tiba, mereka merasa bahagia. Dan para petani di daratan Tiongkok (China), merasa perlu merayakannya.
Budayawan Tionghoa Jeremy Huang Wijaya (Suhu Jeremy), mengungkapkan darimana akar kata Imlek yang dirayakan seiap musim semi tiba oleh etnis China di seluruh dunia.
BACA JUGA: Jelang Tahun Baru China, Imlek, Jeremy Huang : Klenteng Hanya ada di Jawa
Untuk tahun 2023 yang merupakan Shio Kelinci Air, Tahun Baru atau Hari Raya Imlek akan jatuh pada hari Minggu, 22 Januari 2023, merupakan tahun ke 2574.
Menurut Suhu Jeremy, kalender Imlek disebut Imlek berasal dari frasa atau kata “Yin-li,” yang dalam bahasa Mandarin secara harfiah berarti Kalender Bulan atau Candrakala atau Lunar atau Kamariah.
Namun, pada kenyataannya, Imlek yang dikenal sekarang merupakan kalender Lunisolar (Surya – Candrakala, Syamsi – Kamariah) karena harus menyesuaikan hari Imlek dengan jatuhnya musim.
BACA JUGA: 11 Arti Mimpi Banjir, Hujan Deras Berpotensi Turun Terjadi Dimana-mana
Awalnya, kalender Imlek mengacu pada peredaran semu tahunan matahari atau Suryakala/Solar/Syamsiah.
“Bagi masyarakat China pada putaran satu tahun terdapat lima fase sesuai jumlah unsur Wu Xing. Lima unsur itu meliputi kayu, api, tanah, logam dan air,” tutur Suhu Jeremy.
Setiap fase tersebut berumur 72 hari lalu dibagi kembali menjadi dua bulan berumur 36 hari. Sehingga, pada satu tahun akan mengandung 10 bulan dan 360 hari.
“Kalender Imlek dalam sejarahnya mengalami perubahan dari masa ke masa,” tutur Suhu Jeremy.
BACA JUGA: Mengapa Imlek Selalu Hujan? Ini Jawabannya Kata Suhu Jeremy, Ini Simbolnya
Seiring waktu, terjadi perubahan zona waktu dari waktu tolok Shanghai (UT+8.05.43) ke waktu Tolok Tiongkok (UT+8) sejak tahun 1901.
Hal ini kemudian mempengaruhi perhitungan 24 chi dan fase bulan baru dalam perhitungan penentuan tahun baru atau Hari Raya Imlek.
Pada tahun 1949, Tiongkok (China) akhirnya menerapkan waktu musim panas atau daylight saving time dengan menambahkan 1 jam saat musim semi dan musim panas, menjadi UT+9.
Lalu mengembalikan waktu ke semula saat musim gugur dan musim dingin, menjadi UT+8. Sepanjang tahun 1949 – 1985, Tiongkok tidak menetapkan waktu musim panas.
Lalu, pada tahun 1985 – 1991, Tiongkok menerapkan kembali sistem waktu musim panas. Selanjutnya, Tiongkok menghapus waktu musim panas sejak tahun 1992.
“Sampai sekarang kalender Imlek juga pakai peredaran matahari, makanya perayaan Tahun Baru China ini tidak pernah maju terus,” tutur Suhu Jeremy.***
BACA JUGA: Cek Otak Kita Berisiko Stroke atau Tidak, Caranya Gampang Banget, Hanya 10 Detik, Begini Nih