SUARA CIREBON – Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Kementerian Agama meluncurkan program sindikasi media.
Direktur Diktis Kementerian Agama, Prof Dr Ahmad Zainul Hamdi MAg menjelaskan, sindikasi media tersebut bertujuan untuk mewarnai diskursus ruang publik tentang keagamaan di Indonesia yang moderat.
Dipaparkannya, kampus yang berada di bawah naungan Diktis Kementerian Agama berjumlah 59 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan 877 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS).
“Kalau saya bisa mengoptimalisasi suara kekuatan dari seluruh kampus yang berada di bawah naungan Diktis ini, itu bisa mewarnai diskursus ruang publik tentang keagamaan di Indonesia, pasti akan diwarnai dengan diskursus keagamaan yang moderat,” ujar Zainul wartawan saat menghadiri focus group discussion (FGD) IAIN Cirebon di salah satu hotel di wilayah Cirebon, Senin, 17 April 2023.
Karena, menurut Zainul, PTKIN dan PTKIS merupakan pihak yang memiliki otoritas untuk bicara tentang keagamaan yang moderat.
“Kampus-kampus perguruan tinggi keislaman pasti narasinya itu adalah moderat, bahkan cenderung progresif,” terangnya.
Namun, dirinya pun menyoroti, konten-konten yang banyak beredar di media sosial adalah yang menyuarakan kebencian.
Untuk itu, Zainul mempertanyakan kemana suara-suara PTKI yang berdiri di bawah naungan Kementerian Agama tersebut.
“PTKI itu kampus yang wacananya terlalu ilmiah dan elit, produk-produk keilmuan itu dalam bentuk formal seperti skripsi, tesis, disertasi, jurnal ilmiah,” jelasnya.
Karena itu, di kepemimpinannya ini Zainul menekankan kepada seluruh PTKI membuat kanal baru untuk membumingkan suara-suara moderat melalui media populer.
Konten yang dipublish di media tersebut harus dikemas dengan ringan dan bisa menjangkau ruang publik yang lebih luas dan tidak segmented.
“Melalui apa, yaitu melalui sindikasi media. Itu seluruh PTKI yang pilot project-nya di PTKIN saya minta untuk membuat media keislaman populer online,” tegasnya.
Media tersebut, Zainul menegaskan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri, melainkan harus berjejaring sehingga akan menjadi media network seluruh PTKIN seluruh Indonesia.
“Itu salah satu yang sedang kita kerjakan. Memang belum terorkestrasi dengan baik, tapi hampir semua kampus sudah memilikinya,” akunya.
Zainul mengungkapkan, PTKI tidak akan kekurangan konten karena banyak yang banyak bisa digali, seperti dari ribuan skripsi, tesis, disertasi, jurnal, dan lainnya.
“Kalau konten pasti banyak. Jadi ini adalah soal kemauan. Nah, di bawah saya ini harus mau!,” tegasnya.***