SUARA CIREBON – Setelah hampir setahun, akhirnya FIFA membuat keputusan atas insiden tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter Arema di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 lalu.
FIFA memberi ancaman serius kepada sepakbola Indonesia. Bila insiden sejenis Tragedi Kanjuruhan kembali terulang, tidak ada ampun, federasi sepakbola dunia itu akan mem,beri sanksi tegas.
Banned atau larangan FIFA tidak hanya untuk pelaksanaan Liga 1 Indonesia, tetapi juga untuk seluruh pertandingan sepakbola, termasuk ajang laga internasional.
“Ini tidak main-main. ika kembali terjadi insiden seperti Tragedi Kanjuruhan, FIFA akan melarang seluruh aktifitas sepakbola Indonesia,” tutur Ketua Umum Persatuan Sepakjbola Indonesia (PSSI), Erick Thohir, Senin, 5 Juni 2023.
Erick Thohir mengungkapkan, surat putusan FIFA atas Tragedi Kanjuruhan telah turun dan disampaikan kepada dirinya.
“Surat putusan FIFA sudah turun atas hasil investigasi dan evaluasi atas Tragedi Kanjuruhan,” tutur Erick Thohir.
Bagaimana bunyi putusan FIFA atas Tragedi Kanjuruhan ?
Erick Thohir mengungkapkan, Indonesia terhindar dari sanksi berat atau banned FIFA. Atas Tragedi Kanjuruhan, Indonesia dikenai sanksi administratif.
“Alhamdulillah, kita terbebas dari sanksi berat FIFA,” tutur Erick Thohir.
FIFA, lanjut Menteri Negara BUMN tersebut, hanya memberi sanksi administratif. PSSI wajib melaksanakan sanksi tersebut sebagai bentuk kepatuhan terhadap putusan FIFA.
Erick Thohir meminta publik sepakbola Tanah Air jangan dulu gembira setelah lai-lagi Indonesia berkelit dari sanksi berat FIFA.
“Jangan senang dulu,” tutur Erick Thohir.
Dijelaskan, dibalik pemberian sanksi administratif tadi, FIFA juga memberi peringatan keras kepada sepakbola Indonesia.
“Ada ancaman sanksi keras dari FIFA kepada kita,” tutur Erick Thohir.
Ancaman itu ialah, bila di Indonesia kembali terjadi insiden serupa seperti Tragedi Kanjuruhan, maka FIFA akan langsung memberi sanksi tegas berupa larangan atau banned untuk seluruh sepakbola Indonesia.
“Jadi ada ancaman keras. Ini menjadi tanggung jawab bersama. Jangan pernah lagi ada Tragedi Kanjuruhan atau tragedi sejenis dalam sepakbola di Indonesia,” tutur Erick Tohir.***