SUARA CIREBON – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Indramayu, KH Moh Syatori SHi MA angkat suara terkait polemik Pondok Pesantren atau Ponpes Al Zaytun.
Menurutnya, syariat yang dikembangkan dan diterapkan di Ponpes Al Zaytun sangat tidak sama dengan tata cara peribadatan umat Islam pada umumnya.
“Salatnya, puasanya, hajinya, bahkan banyak viral di media-media sosial bahwa haji tidak harus di makkah dan madinah, cukup haji di Indonesia,” kata Syatori seperti dalam video berdurasi 2 menit 51 detik yang diterima suaracirebon.com pada Jumat, 16 Juni 2023.
Sebab, lanjut Syatori, disamakan bahwa Negara Indonesia tanahnya adalah tanah yang suci.
“Itu sangat tidak sesuai sekali dengan syariat-syariat Islam pada umumnya,” tegas Syathori.
Untuk itu, pihaknya mengimbau khususnya kepada seluruh masyarakat Indramayu untuk tidak ikut pendidikan di Al Zaytun.
“Sebab, ketidaksamaan aqidah, ketidaksaan cara pandang dalam rangka beribadah, syariat-syariat yang dilakukan oleh mereka,” terangnya.
Hal ini, diterangkan Syatori, dengan alasan agar tidak terjadi kontradiksi dengan masyarakat, dengan para orang tua, dan lain sebagai di Indramayu.
“Di Indramayu daerah yang sudah tenang, jangan sampai diwarnai dengan hal-hal perbedaan yang tidak berarti,” katanya.
Kemudian, lanjut Syatori, pihaknya juga memohon kepada pemerintah untuk hadir dalam rangka menyelesaikan keresahan dan kegaduhan di masyarakat Indramayu bahkan Indonesia.
Keresahan tersebut diakibatkan viralnya polemik syariat-syariat Islam cara Ponpes Al Zaytun.
“Oleh karena itu, kami mengharapkan sekali, memohon kepada pemerintah segera selesaikan kemelut-kemelut, keresahan, kegaduhan yang terjadi di masyarakat Indramayu secara umum di Indonesia gara-gara viralnya dan diviralkannya oleh mereka tara cara peribadatan yang syariatnya jauh berbeda dengan syariat-syariat Islam pada umumnya,” tandasnya.***