SUARA CIREBON – Kekeringan akibat musim kemarau di Indramayu dan Cirebon makin meluas.
Puluhan ribu warga di Cirebon dan Indramayu pun mengalami krisis air bersih. Terutama di daerah pesisir yang merupakan ujung wilayah irigasi maupun jaringan pipa PDAM.
Kekeringan juga menyebabkan sedikitnya 15.000 hektare sawah di Kabupaten Cirebon dan Indramayu terancam gagal panen.
Di Indramayu, kekeringan terutama dirasakan areal pertanian di wilayah tengah dan pesisir utara.
Areal sawah mengalami kesulitan pengairan. Air irigasi tidak sampai ke wilayah tengah dalam jumlah memadai.
Laporan kekeringan terjadi di Kecamatan Cikedung, Terisi, Kroya, Gantar, Haurgeulus, Gabuswetan, Kandanghaur dan sebagian Losarang.
Rastani (49 tahun), petani di Desa Gabuskulon, Kecamatan Gabuswetan mengungkapkan situasi areal pertanian di wilayahnya.
Dituturkan, antara tanaman padi dan ketersediaan air seperti berkejaran. Menurutnya, jika dalam dua pekan ke depan, tidak memperoleh air memadai, tanaman padi terancam puso.
“Tanaman padi yang terancam puso yang usianya baru dua bulan. Masih butuh air. Kalau yang sudah tiga bulan, masih bisa selamat meski air terbatas,” tuturnya.
Hal tak jauh berbeda dialami para petani di wilayah Kabupaten Cirebon. Kekeringan di daerah tersebut dialami petani di wilayah barat yang berbatasan dengan Indramayu seperti Gegesik, Susukan, Arjawinangun, Kapetakan dan Gunung Jati.
Petani di daerah tersebut, harus berjuang keras agar bisa memperleh pasokan air ke areal pertanian.
“Kami di ujung irigasi. Sulit sekali dapat air. Soalnya saat jadwal pengairan di areal pertanian kami, air sudah banyak berkurang karena diambil petani tempat lain yang lebih ke hulu,” tutur Surnita Sandi Wiranata, salah satu tokoh masyarakat yang juga petani asal Gegesik.
Petani di Gegesik, Susukan, Arjawinangun hingga Kapetakan, terutama yang tanaman padinya masih usia dua bulan ke bawah, sudah pasrah.
Mereka mengaku optimis untuk kelangsungan tanaman padi mereka, terutama bila memasuki pertengahan September 2023 tidak ada hujan.
“Petani yang tanam sadon bisa sebagian gagal panen,” tutur Sandi.***