SUARA CIREBON – Selain Gunung Tangkuban Parahu wilayah Subang, gempa juga mengguncang wilayah Jawa Barat lainnya, yakni Pangandaran.
Gempa Pangandaran terjadi pada Rabu pagi pukul 03.06 WIB, 28 Februari 2024, berpusat di perairan Samudra Hindia.
Guncangan gempa di Pangandaran, hampir bersamaan dengan gempa kedua yang mengguncang Gunung Tangkuban Parahu, Subang yang berpusat di darat.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mencatat gempa di Pangandaran berada di titik koordinat 8,71 Lintang Selatan (LS) 107,83 Bujur Timur (BT).
Pusatnya berada di Barat Daya Pangandaran, dengan jarak 134 kilometer. Berkekuatan Magnitudo atau M 4,0.
BMKG menyebutkan, pusat gempa berada di kedalaman 10 km. Masuk kategori gempa dangkal yang pusatnya di perairan Samudra Hindia.
seperti diketahui, selain Pangandaran, gempa juga mengguncang wilayah Gunung Tangkupan Parahu, Kabupaten Subang, Jabar.
Gempa terjadi dalam dua hari berturut-turut. Masyarakat diminta waspada terhadap gempa tektonik di areal sekitar Gunung Tangkupan Parahu.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan dua kali gempa tektonik di areal sekitar Gunung Tangkuban Parahu, Subang.
Gempa pertama di areal sekitar Gunung Tangkuban Parahu, Subang, terdeteksi pada pukul 03.09 WIB, Selasa, 27 Februari 2024. Kekuatan mencapai Magnitudo atau M 2,8.
Disusul gempa kedua, lebih besar, M 2,9, di titik berbeda, namun masih sama-sama di areal Gunung Tangkuban Parahu di wilayah Subang terjadi pada Rabu, 28 Februari 2024.
PVMBG menjelaskan, dua gempa beruntun di areal Gunung Tangkuban Parahu wilayah Subang itu bukan dari Sesar Lembang, namun dari sesar yang berbeda.
Sejauh ini, peneliti dari PVMBG masih terus menyelidiki sumber gempa. Dugaan sementara, satu daru dua kali gempa tersebut berasal dari sesar yang belum terpetakan secara geologis.
“Gempa pertama epicentrumnya di sekitar Gunung Tangkuban Parahu. Belum diketahui sesar mana, yang jelas bukan Sesar Lembang. Ini sesar yang belum terpetakan,” tutur Supartoyo, peneliti PVMBG.
Untuk gempa kedua yang lebih besar, M 2.9, hasil penelitian, bersumber dari pergerakan Sesar Baribis. Sesar yang memang sangat aktif dan sering bergerak dengan skala kecil.
Supartoyo meminta masyarakat mulai waspada. Karakter gempa tektonik biasanya ada tiga tahapan.
Pertama gempa pembuka, kemudian gempa utama dan gempa susulan. Supartoyo berharap, dua kali gempa di areal Gunung Tangkuban Parahu itu bukan gempa pembuka.
“Karena itu, masyarakat tetap harus waspada. Kita tidak bisa memprediksi gempa. Teknologi baru bisa mencatat setelah terjadi gempa,” tutur Supartoyo.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.