SUARA CIREBON – Mahasiswa mendesak Polri terbuka dalam penanganan kasus kematian Vina dan Eki. Mereka menuntut agar hasil pemeriksaan Propam Mabes Polri terhadap Iptu Rudiana dibuka ke publik.
“Kami minta Polri terbuka terhadap apa hasil pemeriksaan Propam Mabes Polri terhadap Iptu Rudiana. Masyarakat sangat menunggu apa hasilnya,” tutur Gymnastiar, coordinator mahasiswa yang berunjuk rasa, Rabu siang 19 Juni 2024.
Menurut Gymnastiar, hasil pemeriksaan Propam terhadap Iptu Rudian, ayah dari almarhum Muhammad Rizky Rudiana alias Eki sangat penting untuk dibuka secara objektif dan transparan.
“Masyarakat penasaran, ingin tahu apa hasil pemeriksaan Propam Mabes Polri terhadap Uptu Rudiana,” tutur Gymnastiar.
Peran Iptu Rudiana yang kini menjadi Kapolsek Kapetakan, dinilai sangat penting untuk membongkar dari awal kasus kematian Vina dan Eki pada 27 Agustus 2016 atau 8 tahun lampau.
“Pak Rudiana itu ayah korban Eki. Dia yang buat laporan dan dikabarkan dia juga yang menangkap para pelaku yang kini jadi terpidana. Belakangan muncul banyak kejanggalan. Mahasiswa dan masyarakat ingin tahu apa hasil pemeriksaan Propam terhadap Iptu Rudiana,” tuturnya.
Mahasiswa juga mengungkapkan kecurigaan. Ada kesan Polri menutup-nutupi dugaan malpraktik kepolisian dalam penanganan kasus kematian Vina dan Eki.
“Ada apa ini. Kesannya ditutup-tutupi. Harsnya Polri bersikap terbuka. Jelaskan secara transparan supaya tidak ada rasa curiga dari masyarakat,” tutur Gymnastiar.
Seperti diketahui, mahasiswa Cirebon Raya kembali turun ke jalan. Mereka berunjuk rasa menuntut penuntasan kasus kematian Vina dan Eki secara transparan dan objektif.
Aksi mahasiswa ini untuk kedua kalinya. Dengan peserta lebih banyak. Tidak hanya dari wilayah Cirebon Raya, tetapi juga dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Mahasiswa mengatasnamakan Perhimpunan Mahasiswa Hukum (Permahi) Cirebon Raya, memblokir perempatan Kejaksan yang menjadi salah satu jantung lalu lintas Kota Cirebon.
Perempatan Kejaksan ditutup mahasiswa Permahi dengan membentangkan bendera merah putih. Akibat pemblokiran, seluruh arus lalu lintas dari empat arah di jantung Kota Cirebon macet total.
Dalam aksi unjuk rasa tersebut, mahasiswa membentangkan spanduk bertuliskan “Masih Percaya Polisi”. Sebuah kalimat yang menyindir instusi Polri, terutama Polres Cirbon Kota (Polres Ciko) yang dinilai tidak profesional dalam penanganan kasus kematian Vina dan Eki.
Ban bekas dibakar mahasiswa. Menambah ketegangan aat aksi unjuk rasa berlangsung. Mahasiswa Permahi meneriakan agar Polri bersikap professional dan tidak menutu-nutupi dugaan kekeliruan anggotanya dlama penanganan kasus kematian Vina dan Eki.
“Kita menuntut transparansi dan profesionalitas jajaran Polres Ciko dalam penanganan kasus kematian Vina dan Eki. Ada aroma, orang-orang kecil seperti kuli bangunan bakal dijadikan tumbal untuk menutupi kekeliruan oknum anggota Polri,” tutur mahasiswa.
Setelah satu jam berorasi, mahasiswa yang diantaranya juga datang dari Bandung, Tasikmalaya, Garut dan wilayah Cirebon Raya, mendatangi kantor Polres Ciko di Jalan Veteran, Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan, hanya sekitar dua ratus meter dari perempatan Kejaksan.
Di depan gerbang Markas Polres Ciko, mahasiswa berusaha merangsek masuk ke halaman. Namun tertahan di pintu gerbang.
Puluhan anggota Polres Ciko berjaga-jaga di depan pintu gerbang. Menahan mahasiswa yang memaksa akan masuk. Terjadi aksi saling dorong.
Mahasiswa menuntut bisa bertemu dengan Kapolres Ciko, AKBP Muhammad Rano Hadiyanto. Namun mereka dibuat kecewa karena kapolres tidak bisa ditemui.
“Kami minta berdialog dengan Pak Kapolres. Tapi lagi-lagi selalu enggan. Ada apa ini. Kami minta kasus kematian Vina dan Eki jangan ditutup-tutupi. Jangan korbankan rakyat kecil hanya untuk menutupi gengsi institusi yang tercoreng karena ulah oknum-oknumnya,” tutur mahasiswa.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.