SUARA CIREBON – Kenapa Aep tega berbohong dengan memberikan kesaksian untuk menjebloskan para terpidana kasus Vina Cirebon dijukum seumur hidup.
Dede Riswanto alias Dede, teman Aep di tempat cuci mobil steam di Jalan Saladara, menyampaikan fakta mengejutkan terkait teman kerjanya yang berasal dari Cikarang, Bekasi itu.
Dede mengaku setelah malamnya diperiksa di Polres Ciko (Cirebon Kota) sebagai saksi kasus Vina Cirebon, keesokan harinya sempat bertanya ke Aep.
“Besoknya (setelah malam diperiksa jadi saksi di polres Ciko) saya tanya ke Aep. Kenapan mau memberi kesaksian begini yang bisa menyulitkan nantinya,” tutur Dede.
Saat itu, kata Dede, Aep memberi jawaban ketus. Terungkap, Aep mau memberi kesaksian karena merasa dendam dan kesal dengan orang-orang sempat memukulinya.
“Udah biarin aja, saya kesal sama yang pernah mukulin saya,” tutur Dede.
Dede mengungkapkan hal itu kepada KDM atau Kang Dedi Mulyadi dan dipublis lewat Kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.
“Oh ternyata benar, karena Aep dendam sama anak-anak yang pernah menggerebeg karena bawa perempuan ke tempat kerja,” tanda KDM.
“Ya begitu Pak. Dia kesal sama anak-anak yang suka nongkrong di depan SMP 11 karena sempat memkulinya,” tutur Dede.
Dalam keterangan banyak saksi, Aep memang sempat digerebeg oleh warga Kampung Situnggangga di Jalan Saladara karena kedapatan membawa perempuan ke dalam tempat kerjanya.
Dalam penggerebegan itu, berdasar keterangan Samsuri, salah satu warga Situgangga, ada dua terpidana kasus Vina Cirebon yang masuk ke tempat Aep, yakni Eko Ramdhani dan Hadi Saputra.
Dalam penggerebegan sebelum peristiwa kematian Vina dan Eky itu, sejumlah warga yang kesal sempat memukuli Aep dan temannya yang membawa dua perempuan menginap di dalam tempat kerjanya.
Dari pengakuan Dede, terungkap kalau Aep ternyata menyimpan dendam. Sampai belakangan terungkap, Aep tega memberi kesaksian dalam kasus Vina Cirebon ke polisi yang berakhir dihukum seumur hidup para terpidana termasuk Eko dan Hadi.
Kepada KDM, Dede mengaku saat Aep digerebeg karena bawa perempuan ke tempat kerjanya di cuci steam mobil, dirinya tidak bersama Aep.
“Saya tidak tahu Pak. Saya kebetulan sedang tidak kerja. Saya sedang nggak enak badan. Jadi saya tidak tahu saat Aep digerebeg warga setempat,” tutur Dede.
Hanya saja, Dede mengetahui belakangan setelah paginya berangkat kerja. Ia baru tahu kalau Aep sempat digrebeg warga dan sempat dipukuli.
“Saya tahu besoknya dengar cerita dari Aep kalau dia dan Aceng digerebeg dan dipukuli karena bawa perempuan,” tutur Dede.
Dede juga menceritakan, yang bekerja di tempat cuci steam mobil bukan hanya dirinya dengan Aep. Namun ada dua pekerja lainnya, yakni Aceng yang anak punk dan Hadi.
“Aceng anak punk, anak jalanan. Saya tidak tahu rumahnya dimana,” tutur Dede.
Dede juga menceritakan kalau dia bekerja sama Aep di cuci steam mobil hanya sekitar tiga minggu.
“Saya kerja cuma sekitar tiga minggu, Tidak betah karena sistemnya bagi hasil,” tutur Dede.
Dede mengungkapkan dia keluar dari kerja bersama Aep setelah dirinya sempat dibawa Aep ke Polres Ciko untuk menjadi saksi.
“Saya jadi saksi sekitar antara 2 sampai 3 hari setelah ada penangkapan. Saya ditelefon Aep minta dianterin ke Polres Ciko,” tutur Dede.
Aep saat itu tidak terus terang untuk keperluan apa ke Polres Ciko. Belakangan, Dede baru tahu kalau di Polres Ciko, dirinya diminta untuk jadi saksi.
“Di Polres saya diminta jadi saksi oleh Aep dan Rudiana. Mereka mengarahkan saya suruh mengaku melihat ada anak-aak nongkrong di depan SMP terus melempar dan melakukan pengejaran,” tutur Dede.
Dede malam itu mengaku bingung ketika dia disuruh masuk ke ruangan penyidik untuk dimintai keterangan setelah sempat diarahkan oleh Aep dan Rudiana.
“Saya bingung. Saya tidak tahu. Mau menolak saya juga takut. Sampai akhirnya saya ikuti apa kata penyidik sesuai arahan Aep dan Pak Rudiana,” tutur Dede.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.