SUARA CIREBON – Lahan pertanian di Kabupaten Cirebon yang mengalami kekeringan semakin meluas.
Di wilayah utara Kabupaten Cirebon, lahan pertanian yang mengalami kekeringan tersebar di lima desa, yakni Desa Suranenggala, Kertasura, Suranenggala Lor, Karangreja dan Desa Bungko.
Di lima desa tersebut, sekitar 700 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan. Dimana, kekeringan paling parah terjadi di Desa Suranenggala yang mencapai 250 hektare.
Ratusan hektare lahan pertanian di Desa Suranenggala terancam gagal panen karena mengalami kekeringan total. Bahkan, lahan seluas 3,5 hektare yang berada di dekat laut Cirebon bisa dipastikan gagal panen.
Kaur Ekbang Desa Suranenggala, Astika mengatakan, kekeringan yang dialami 250 hektare lahan pertanian di desanya itu sudah terjadi selama dua pekan.
“Di Desa Suranenggala saja ada 250 hektare sawah yang kekeringan. Kalau ditambah desa tetangga, jumlahnya bisa lebih dari 700 hektare dan terancam gagal panen,” ujar Astika, Rabu, 22 Agustus 2024.
Menurut Astika, pemdes setempat telah berupaya meminta jadwal gilir air dari Waduk Jatigede untuk mengairi ratusan hektar lahan pertanian di desanya. Sayangnya, upaya tersebut terkendala pendangkalan Sungai Kebayanan yang menyebabkan air giliran tidak maksimal.
“Air sungai yang bersumber dari Waduk Jatigede sangat lama untuk bisa sampai ke sini. Dari jadwal gilir air itu, 11 hari baru sampai di sini, itu pun tidak maksimal,” terang Astika.
Pihaknya mengaku sudah berupaya mendesak pihak terkait agar ada penambahan debit air. Selain itu, pihaknya juga meminta instansi terkait seperti BBWS, UPT Pertanian dan Dinas Pertanian melakukan normalisasi sungai.
“Sudah kita ajukan ke dinas terkait, tapi tidak ada respons. Kita juga sudah koordinasi dengan UPT, dinas, dan BBWS, tapi belum ada realisasi. Saya ajukan untuk pengerukan sungai, tapi katanya alatnya sedang rusak,” katanya.
Salah seorang petani yang terdampak kekeringan, Bunaim (55) mengatakan, kekeringan lahan pertanian kali ini dinilai paling parah dalam beberapa tahun terakhir.
Pasalnya, kekeringan yang terjadi dalam kurun waktu dua minggu ini saja, telah menyebabkan sawah miliknya seluas satu hektare terancam gagal panen.
“Dua minggu tak teraliri air, tanah mengering dan retak-retak. Retakan mencapai 10 cm. Padahal usia padi saya baru 1 bulan 10 hari. Biaya yang sudah keluarkan juga tidak sedikit, sudah Rp5,7 juta. Lemes kalau sampai gagal panen,” ucapnya.
Sebelumnya, kekeringan di bagian utara Kabupaten Cirebon juga terjadi di wilayah Desa Buyut, Kecamatan Gunungjati. Sedikitnya, ada 50 hektare sawah di desa tersebut yang mengalami kekeringan dan terancam gagal panen.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.