SUARA CIREBON – Industri gula di Kabupaten Cirebon pernah berkembang pesat pada akhir abad ke-19 silam. Salah satu daerah yang menjadi saksi sejarah perjalanan industri gula di Kabupaten Cirebon adalah Arjawinangun, dimana di kawasan itu berdiri Pabrik Gula Arjawinangun.
Pabrik Gula Arjawinangun didirikan oleh keluarga Ament pada 1890 dan pernah menjadi salah satu pusat produksi gula di wilayah Cirebon. Namun seiring perjalanan waktu, pabrik ini tak lagi beroperasi dan hanya menyisakan cerita masa kejayaan dan kemunduran industri gula di Indonesia.
Meski tak lagi beroperasi, namun sisa-sisa sejarah pabrik gula Arjawinangun masih dapat dirasakan hingga kini. Dimana, kawasan bekas pabrik tersebut telah berubah menjadi pusat kota Kecamatan Arjawinangun. Bahkan, di sebagian lahannya berdiri Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun (lama).
Sementara lokasi pabrik gula lainnya, yakni Glagamidang kini telah menjadi Gardu Induk Arjawinangun. Bagi masyarakat yang mengenal sejarahnya, bekas pabrik gula tersebut bukan hanya sekadar bangunan, melainkan monumen bisu dari era keemasan industri gula di Cirebon.
Pegiat Budaya, Chaidir Susilaningrat mengatakan, saat itu keberadaan Pabrik Gula Arjawinangun menjadi tumpuan roda perekonomian masyarakat sekitar. Terlebih, saat itu keberadaan pabrik gula sudah ditunjang dengan jalur kereta api Cirebon-Jakarta. Sehingga menambah kuat geliat roda perekonomian.
Menurut Chaidir, sebagian besar Pabrik Gula Arjawinangun kini sudah rata dengan tanah dan berubah menjadi pusat aktivitas masyarakat di Kecamatan Arjawinangun.
Bangunan yang tersisa hanya beberapa bagian, salah satunya adalah bangunan Polsek Arjawinangun.
“Bangunan Polsek Arjawinangun yang original peninggalan dari Pabrik Gula Arjawinangun,” ujar Chaidir, Jumat, 26 September 2024.
Ia berharap, bangunan yang masih tersisa tersebut dapat terus terjaga agar sejarah Pabrik Gula Arjawinangun tidak hanya meninggalkan kisah, melainkan juga sisa jejak bangunan yang masih ada hingga saat ini.
“Bangunan yang tersisa diharapkan bisa dijaga supaya ada jejak sejarah yakni fisik bangunan yang tersisa dari Pabrik Gula Arjawinangun,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Pabrik Gula Arjawinangun dahulu merupakan bagian dari dari empat pabrik gula yang dimiliki oleh keluarga Ament. Pabrik Gula Arjawinangun pernah menjadi nadi perekonomian lokal dengan mempekerjakan ratusan pekerja hingga memasok gula ke berbagai daerah bersama Pabrik Gula Glagamidang, Pabrik Gula Gempol, dan PSA Palimanan,
Keberadaan pabrik-pabrik tersebut, telah menempatkan Cirebon menempatkan sebagai salah satu sentra produksi gula yang cukup penting pada masanya.
Pada tahun 1893, keluarga Ament resmi mendirikan N.V. Ament Suiker Syndicate untuk mengelola pabrik-pabrik gula miliknya. Tak lama setelah itu, bayang-bayang krisis ekonomi mulai menghantui. Kemudian pada 1895, krisis keuangan memaksa keluarga Ament untuk menutup salah satu pabrik mereka, yaitu Pabrik Gula Glagamidang.
Setelah pabrik gula Glagamidang tutup, praktis hanya menyisakan tiga pabrik yang terus beroperasi, diantaranya Pabrik Gula Arjawinangun, Pabrik Gula Gempol, dan PSA Palimanan.
Namun, kala itu badai ekonomi masih belum berakhir. Pada zaman Malaise tahun 1930-an, yang merupakan krisis ekonomi dunia, memberikan pukulan besar bagi bisnis keluarga Ament.
Kondisi tersebut memaksa mereka untuk mengambil keputusan sulit dengan menutup dua pabrik gula lainnya, yaitu Pabrik Gula Arjawinangun dan Pabrik Gula Parungjaya pada tahun 1932.
Sisa lahan perkebunan dari kedua pabrik tersebut dialihkan ke Pabrik Gula Gempol yang saat itu masih bertahan.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.