SUARA CIREBON – Hama “berit” atau tikus makin parah menyerang puluhan ribu hektar sawah di Kabupaten Indramayu dalam dua pekan terakhir.
Diperkirakan banyak sawah yang gagal panen. Hama tikus itu menyerang tanaman padi yang sudah memasuki usia menjelang panen.
Hama berit atau serangan tikus saat ini sangat parah. Bahkan Indramayu bisa dikategorikan sebagai ‘darurat pertanian’.
“Tikus menyerang areal sawah di seluruh kecamatan,” tutur Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indramayu, Sutatang, Rabu 12 Februari 2025.
KTNA menyebutnya sebagai ‘darurat pertanian’ di Indramayu yang merupakan sentra produksi pangan terbesar Jawa Barat. Serangan tikus terus merajalela dan sangat parah.
Bahkan di sejumlah kecamatan, petani banyak gagal panen. Tidak sedikit yang terpaksa tanam ulang.
“Sangat parah. Petani sampai harus tanam ulang,” tutur Sutatang.
Sutatang minta ada perhatian khusus. Tidak saja dari Pemerintah Kabupaten Indramayu, tetapi juga Pemerintah Provinsi Jawa barat dan Kementrian Pertanian.
“Ini bisa mengancam ketahanan pangan,” tuturnya.
Selama ini, petani melakukan pemberantasan secara sendiri-sendiri. Tidak dikerahkan secara masif melalui mobilisasi.
“Harus ada gerakan lebih masif. Gropyokan, petani ramai-ramai berburu tikus. Ini akan terlihat hasilnya bila dikerahkan oleh pemerintah,” tutur Sutatang.
KTNA meminta pemerintah memberi perhatian serius. Menurutnya, serangan tikus atau hama berit kali ini sangat parah.
“Sepanjang saya menjadi petani, ini yang terparah. Hampir semua kecamatan mengalami serangan hama tikus,” tutur Sutatang.
Karena ini menyerang hampir sleuruh areal pertanian di Indramayu, maka lembaga yang bisa menggerakan seluruh petani hanya pemerintah.
“Kalau gropyokan hanya di satu desa, tikus lari ke sawah desa lain. Ini harus jadi program darurat pemerintah,” tutur Sutatang.
Sejauh ini, upaya pengendalian hama tikus yang dilakukan petani sangat terbatas dan tidak efektif.
“Ada memang gropyokan, tapi sangat terbatas. Karena sudah snagat luas wilayah hama, ini harus serentak,” tutur Sutatang.
Selain gropyokan, petani melakukan upaya sangat terbatas seperti menebar racun obat rodensida, kemudian pakai asap, bahkan ada yang jebakan tikus elektrik.
“Tapi semuanya terbatas. Hanya pada hamparan tertentu saja,” tutur Sutatang.
KTNA menggendaki upaya sangat masif melibatkan banyak petani dan instansi pemerintah mengatasi hama tikus tersebut.
“Ini masalah sangat strategis. Dampaknya ke ketersediaan pangan. Jika pemerintah serius soal ketahanan pangan, ini ada masalah sangat parah sedang mengancam sawah-sawah petani,” tutur Sutatang.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.