SUARA CIREBON – Salah satu korban selamat dari tragedi longsor tambang batu di Gunung Kuda, asal Desa Celeng, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Taryana, membeberkan insiden yang dialaminya pada Jumat, 30 Mei 2025.
Taryana merupakan sopir dump truk yang selamat saat peristiwa tragis itu terjadi, termasuk kernetnya yang berhasil menyelamatkan diri. Akibat peristiwa tersebut ia mengalami luka di bagian tangan sehingga harus menjalani perawatan medis rawat jalan.
Menurut Taryana, longsor kali ini terjadi secara tiba-tiba. Material bebatuan bercampur tanah mendadak ambruk dari tebing dengan ketinggian ratusan meter saat dirinya tengah berada di lokasi tambang untuk memuat batu ke dalam truk.
Insiden yang terjadi secara mendadak tersebut membuat dirinya panik dan langsung berlari untuk segera membawa kendaraannya keluar dari lokasi tersebut.
“Saya lagi muat (batu, red) tau tau dari atas langsung bruuuk, saya langsung masuk ke dalam mobil. Saya langsung ingat mobil karena mobil saya masih kredit. Ternyata enggak keburu, langsung menimpa mobil,” ujar Taryana, Minggu, 1 Juni 2025.
Ia menjelaskan, sekitar 30 menit lamanya ia tak bisa keluar dari mobil. Bahkan, bebatuan yang masuk ke dalam mobil membuat dirinya tak bisa melepaskan diri begitu saja. Posisinya saat itu benar-benar terjepit bebatuan sehingga tak dapat bergerak untuk mengeluarkan diri dari dalam mobil.
Teriakannya dari dalam mobil nampaknya tak dihiraukan oleh para pekerja lainnya, mengingat situasi saat itu cukup mencekam. Sehingga para pekerja lainnya yang ada di lokasi pun berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing.
“Saya bisa keluar setelah saya nelpon teman suruh ngakalin saya pake setang roda. Saya bilang lewat telepon bahwa saya masih hidup di dalam mobil. Setengah jam lebih saya baru bisa keluar, kaki saya sampai rencem,” kata Taryana.
Sepengetahuan dirinya, korban yang tertimbun longsor jumlahnya cukup banyak, sekitar 20 orang. Mulai dari pekerja tambang, kuli angkut, sopir truk dan lainnya. Bahkan, ia juga sempat melihat ada pedagang asongan penjual minuman yang diduga turut menjadi korban tertimbun longsor.
“Bahkan yang jualan es juga ada, sempat saya lihat,” terangnya.
Sebelum longsor terjadi, pria yang mengaku sudah puluhan tahun bekerja mengangkut batu dari Gunung Kuda ini menyebut bahwa peristiwa serupa sudah sering terjadi hingga menelan korban jiwa. Namun ia mengaku tak punya pilihan lain selain sebagai sopir pengangkut batu jenis flint tones tersebut.
Ia mengaku mendapat penghasilan dari mengangkut batu ke Indramayu menggunakan truknya sendiri yang masih kredit itu, sebesar Rp 70 ribu per ritase.
“Itu mobil saya sendiri tapi masih kredit, makanya saya langsung lari tuh ingat mobil kredit. Kernet saya juga selamat, langsung lari karena dia udah tahu duluan,” terangnya.
Ia berharap kepada Gubernur Jawa Barat agar tidak menutup secara permanen tambang batu tersebut.
“Cari kerja kan sekarang susah. Pak Dedi (gubernur, red) jangan ditutup dulu, tinggal cara kerjanya diperbaiki, keamanannya diperbaiki jangan langsung ditutup,” pintanya.
Sebelumnya, Dulsija warga Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon yang merasa kehilangan keluarganya mendatangi lokasi longsor pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Dulsija datang bersama beberapa kerabatnya dan langsung mendatangi posko pelaporan orang hilang yang dibuka jajaran BPBD, TNI, Polri untuk menanyakan keberadaan adiknya, Muniah.
Menurutnya, Muniah berpamitan ke keluarganya untuk berjualan minuman di kawasan Gunung Kuda pada Jumat, 30 Mei 2025. Namun hingga Sabtu, 31 Mei 2025 pagi, Muniah belum juga pulang ke rumahnya.
“Ada keluarga saya, yaitu adik saya hilang. Dari informasi warga di sini, katanya saat kejadian longsor kemarin ada perempuan yang ikut tertimbun. Perempuan itu 80 persennya adik saya,” kata Dulsija.
Ia menjelaskan, Muniah kerap berjualan minuman di kawasan Gunung Kuda dua kali dalam sepekan, yakni setiap Senin dan Kamis atau Jumat.
Biasanya Muniah mengendarai sepeda motor sendiri dari rumahnya yang berjarak sekira lima kilometer sambil membawa berbagai minuman kemasan yang akan dijajakannya.
“Kemarin juga adik saya naik motor sendirian, tetapi sepeda motornya ada di lokasi, sudah ditemukan dari kemarin, dan semoga adik saya juga segera ditemukan,” harap Dulsija.
Saat kejadian, kata Dulsija, adiknya tengah mengantar pesanan minuman ke dekat lokasi longsor. Hal itu ia ketahui berdasarkan informasi dari sesama penjual minuman di kawasan Gunung Kuda, Desa Cipanas.
“Informasinya memang belum jelas, tapi kemungkinan yang tertimbun longsor itu adik saya, karena sampai sekarang belum pulang ke rumah,” teranf Dulsija.
Nama Muniah sendiri memang tertulis di posko pelaporan orang hilang dalam daftar korban yang belum ditemukan pada peristiwa longsor Gunung Kuda.
Dalam daftar tersebut, Muniah tercatat tercatat sebagai warga Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon berusia 45 tahun. Data tersebut sama persis seperti KTP Muniah yang ditunjukkan oleh Dulsija.
Dengan terbata-bata Dulsija mengungkapkan harapannya tentang keajaiban untuk adik kandungnya agar selamat dalam peristiwa longsor Gunung Kuda tersebut.
“Saya hanya bisa berdoa, dan berharap keajaiban, mudah-mudahan adik saya diberikan keselamatan dalam kejadian ini,” kata Dulsija.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.