SUARA CIREBON – Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meresmikan Jembatan Gantung Babakan Losari Lor, yang menghubungkan Desa Babakan Losari Lor, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dengan Desa Babakan Losari, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Jembatan yang membentang di atas sungai perbatasan dua provinsi tersebut, memiliki total panjang 230 meter dengan lebar 1,8 meter.
Bupati Cirebon, H Imron yang turut meresmikan penggunaan Jembatan Gantung Babakan Losari Lor tersebut mengatakan, harapan warga untuk memiliki akses cepat antardua desa di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah akhirnya terwujud.
Pasalnya, jika sebelumnya waktu tempuh antardua desa itu mencapai 30 menit, kini dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua, masyarakat dua desa, dua kecamatan, dua kabupaten dan dua provinsi itu dalam lima menit sudah saling berkunjung. Masyarakat tak lagi harus menempuh perjalanan berputar hingga 8 kilometer lebih.
“Keberadaan jembatan gantung ini bukan hanya mempersingkat waktu tempuh, tetapi juga menjadi urat nadi baru bagi perekonomian warga di perbatasan. Terima kasih kepada Kementerian PU dan DPR RI. Jembatan ini sangat membantu masyarakat. Dengan adanya jembatan ini, warga yang tadinya harus menempuh perjalanan selama 30 menit, sekarang hanya 5 menit,” ujar Bupati Imron.
Ia berpesan agar masyarakat ikut menjaga dan merawat jembatan agar fungsinya bisa bertahan lama.
“Kami menghimbau kepada masyarakat sama-sama menjaga dan merawat jembatan ini agar bertahan lama,” ucapnya.
Dengan adanya jembatan gantung Babakan Losari Lor, kini masyarakat tidak hanya lebih mudah menjangkau sekolah dan tempat kerja, tetapi juga mendapatkan akses yang lebih aman dan efisien.
“Yang terpenting sekarang adalah menjaga bersama. Karena jembatan ini bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk anak cucu kita nanti,” ungkap Imron.
Sementara itu, perwakilan DJBM, Rina Kumala Sari, menjelaskan, jembatan ini memiliki total panjang 230 meter dengan lebar 1,8 meter. Jembatan hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda dua dan pejalan kaki, bukan kendaraan roda empat. Jembatan ini dibangun melalui program RIC 2024-2025 dengan dana APBN sebesar Rp13,8 miliar.
“Kehadirannya memang ditujukan untuk mempermudah akses masyarakat, baik untuk sekolah, bekerja, maupun distribusi hasil pertanian dan peternakan,” kata Rina.
Ia mengatakan, selain memangkas waktu tempuh, jembatan ini juga menjadi jalur penting untuk menghubungkan dua kabupaten dan dua provinsi sekaligus. Kini, masyarakat telah merasakan manfaat jembatan tersebut.
“Ini betul-betul mempermudah akses,” terangnya.
Meski begitu, pihak DJBM juga memberikan sejumlah pesan penting agar jembatan ini digunakan secara tertib dan aman. Rina mengingatkan, kapasitas jembatan hanya untuk 40 orang sekali jalan dan tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda empat.
“Masyarakat kami harap tertib. Anak-anak yang menyeberang sebaiknya dikawal orang tua. Jangan bersandar di tali jembatan, jangan menyeberang saat hujan deras atau banjir, dan yang paling penting jangan sampai ada baut yang dilepas atau jembatan dicoret-coret,” ujarnya.
Selain itu, ia menegaskan pentingnya menjaga kebersihan jembatan agar nyaman digunakan bersama. Ke depan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengamanan tebing di sekitar area jembatan.
Kehadiran jembatan ini membawa harapan baru bagi warga di perbatasan Cirebon-Brebes. Selain mempercepat akses, jembatan juga diprediksi akan meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama dalam hal perdagangan hasil tani dan ternak.
Selain Bupati Cirebon, peresmian jembatan gantung itu dihadiri anggota DPR RI H Dedi Wahidi, Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Shopi Zulfia, Dandim 0620 Letkol Inf Mohammad Yusron, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Cirebon.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.