JIKA membandingkan wisata Bali dengan potensi wisata yang ada di Kabupaten Kuningan memang sangat jauh, namun kenapa tidak sistem yang diterapkan di The Island of God tersebut bisa juga diterapkan pula di ‘kota kuda’.
“Meskipun bukan pembanding, tapi kenapa tidak, sistem wisata yang diterapkan di Bali bisa juga diterapkan di Kuningan. Misalnya, dalam hal pajak restoran, di Bali tidak lagi manual, tapi semuanya sudah beralih ke sistem online, terpusat pada satu server. Nah, kenapa tidak ini diterapkan juga di Kuningan,” ujar Ketua DPRD Kuningan, Nuzul Razhdy, SE., selepas kunjungan kerja bersama beberapa komisi ke Provinsi Bali, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Persaingan Open Bidding Semakin Panas
Nuzul memaparkan, dalam hal pajak restoran tersebut ada sebanyak 400 tapping box (alat monitoring transaksi usaha secara online). Melalui alat yang dipasang di mesin kasir tersebut bisa menghitung setiap transaksi yang terjadi di restoran, sehingga pemerintah tidak akan kecolongan dari setiap transaksi restoran yang ada. Pihak pengusaha restoran kecil kemungkinan untuk tidak jujur dari hasil transaksinya.
Lalu, di Bali juga tersedia 500 servis online disetiap restoran, serta 710 mesin cash registar yang dimiliki oleh pengusaha restoran. Melalui layanan tersebut, pemerintah bisa mengontrol total penjualan dari restoran maupun hotel yang ada. “Sistem ini Saya rasa Kuningan harus mampu dan bisa menerapkannya, kalau ingin PAD wisatanya naik dan terkontrol,” katanya.
Selain ke Bali dalam hal PAD sektor Pajak dan Retribusi, DPRD Kuningan juga melakukan kunker wisata ke Medan Provinsi Sumatera Utara. Di Medan, karakter wisatanya hampir sama dengan Kuningan, tidak memiliki laut dan tidak memiliki ikon wisata yang mencolok. Akan tetapi, pemerintah dan masyarakat Medan sangat inovatif untuk bisa mendatangkan wisatawan berlibur disana, dampaknya PAD wisatanya tinggi.
BACA JUGA: 2.104 Calhaj Telah Diperiksa Kesehatan
“Misalnya dari kuliner, Medan benar-benar mengemasnya menjadi kuliner yang mengasyikan bagi para pelancong, durian disana bisa diburu para turis, dan sistemnya hampir sama dengan di Bali. Kalau berbicara potensi dan kuliner juga, Kuningan kurang apa?, nah ini yang menjadi tantangan bagi Kuningan, harus bisa berinovasi dan mengeksplor potensi yang ada,” terang Nuzul.
Masih ada beberapa hal lainnya yang perlu ditiru. Misalnya dari sisi punishment (hukuman) terhadap pengusaha wisata yang membangkang dan tidak turut terhadap sistem pemerintah. Termasuk dalam mengelola parkir yang selalu melibatkan karang taruna, bukan pihak ketiga. Bali dan Medan menggunakan sistem humanis dalam memajuan wisatanya.
Dari kunker tersebut, DPRD Kuningan akan mengawal dan diusulkan kepada pihak eksekutif, agar dalam meningkatkan PAD sektor wisata, baik restoran dan lainnya bisa mengikuti sistem di Bali maupun Medan. Dukungan pemerintah dalam hal ini sangat penting, sehingga masyarakat bisa digiring untuk bisa mendukung kabupaten wisata. (Nung/SC)