KOTA CIREBON, SC – Mengenai penobatan penurus Sultan Sepuh XIV PRA Arif Natadiningrat (Alm) yakni putra mahkota PRA Luqman Zulkaidin tidak mesti melibatkan Pondok Pesantren (Ponpes), akan tetapi untuk menjalin kerjasama sah-sah saja.
Demikian yang diutarakan salah satu sesepuh pengasuh Pondok Pesantren Benda Kerep Drs KH Miftah Faqih kepada Suara Cirebon melalui pesan singkat, Kamis (30/7/2020).
“Soal penobatan penerus sultan Keraton Kasepuhan, tidak usah bawa-bawa nama pesantren, kalau untuk kerjasama dengan pesantren silahkan saja,”kata Miftah.
Kerjasama yang dimaksud kiai Miftah, seperti menjaga kondusifitas Kota Cirebon, serta mengembangkan potensi ekonomi dan religinya.
“Monggo bareng-bareng bangun Kota Cirebon, dengan mengembangkan ekonomi dan menjaga religinya, mengenai penobatan itu urusan keraton,”tegas dia.
BACA JUGA: PRA Luqman Angkat Bicara Soal Penyegelan 2 Rumah di Jalan Ampera Kota Cirebon
Kiai Miftah menjelaskan disetiap penobatan yang dilakukan pihak Keraton Kasepuhan Cirebon biasanya tidak mengaitkan Pondok Pesantren.
Akan tetapi, dirinya siap jika keraton mengajak kerjasama pondok pesantren dibidang apapun untuk kemaslahatan umat dan masyarakat Kota Cirebon.
“Siapapun nanti yang dianggap sah untuk meneruskan tahta, yang sesuai dengan adat keraton titip ummat dari segi kebaikan,”ujarnya.
“Karena para sultan dulu seperti itu bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi,”lanjut Miftah.
Berita sebelumnya, kalangan dari Pondok Pesantren se Cirebon minta dilibatkan dalam proses penobatan putra mahkota Keraton Kasepuhan Cirebon untuk dijadikan Sultan Sepuh selanjutnya pasca meninggalnya Sultan Sepuh XIV PRA Arif Natadiningrat.
Begitu yang disampaikan salah satu sesepuh Benda Kerep KH Muhtadi Mubarok Soleh, Selasa kemarin, (28/7/2020).
Menurutnya penobatan putera mahkota menjadi Sultan Sepuh harus mengedepankan musyawarah. Hal ini dilakukan untuk kebaikan Cirebon wilayah yang pernah dipimpin Sunan Gunug Jati.
Bagi dia, Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama. Untuk itu penobatan sultan sepuh ini harus melibatkan para ulama dan kiai se Cirebon yang memanga notabennya dari kalangan pesantren.
“Kita orang mukmin, mestinya (penobatan) disesuaikan dengan aturan yang baik, di antaranya lewat musyawarah,” ucapnya, Selasa (28/7/2020).
BACA JUGA: Sultan Sepuh Kasepuhan, PRA Arief Tutup Usia
Kiai Muhtadi mengaku telah mendapatkan amanah dari beberapa pesantren, di antaranya Ponpes Pemijen Sindang Laut, Ponpes Wanantara Sumber, Ponpes Jaha Cirebon Girang, Ponpes Jatisari Plered dan Ponpes Sukun Weru, juga beberapa majelis taklim. Pesantren-pesantren tersebut mempertegas bahwa Keraton Kasepuhan Cirebon punya tugas untuk melakukan syiar Islam.
“Sudah seharusnya urusan Keraton Kasepuhan pengelolaannya diarahkan untuk syiar Islam yang melibatkan pesantren-pesantren yang dulu menjadi bagian dari syiar Islam yang berpusat di Keraton Kasepuhan Cirebon,” tuturnya.
Dijelaskan Kiai Muhtadi, sosok yang ditunjuk sebagai sultan Keraton Kasepuhan Cirebon berikutnya harus bisa mengemban amanah syiar Islam. Bekerja sama dengan pesantren-pesantren yang dulu menjadi penopang Keraton Kasepuhan Cirebon.
Sementara itu, Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat, Ketua Badan Pengelola Keraton Kasepuhan mengungkapkan, sejak tahun 2018 kemarin PRA Luqman Zulkaedin telah dianugerahkan sebagai Putra Mahkota oleh Sultan Arief.
Hal serupa juga telah disampaikan oleh Luqman di hadapan tamu pelayat yang hadir saat melepas jenazah almarhum Sultan Sepuh XIV di keraton untuk dimakamkan.
BACA JUGA: Kenangan Gubernur Jabar Bersama Sultan Sepuh Kasepuhan
“Sudah menjadi tradisi di Keraton Kasepuhan bahwa yang meneruskan takhta adalah turunan garis anak laki-laki yang telah ditunjuk oleh sultan sebelumnya,” kata Alexandra.
Untuk proses menuju Sultan Sepuh, menurutnya, memang tidak ada istilah dipesantrenkan sebelumnya. “Sudah ada wejangan langsung dari Sultan Sepuh XIV setelah penganugerahan dulu,” ungkapnya.
Alexandra memastikan bahwa ulama dari pesantren akan diundang saat jumenengan atau penobatan PR Luqman menjadi Sultan Sepuh nanti. (M Surya)