DIKA (10) mengaku sudah menjadi pengamen sekaligus kernet salah satu angkutan kota di Bekasi selama bertahun-tahun. Di usianya yang masih belia, Dika dipaksa bekerja oleh ayah angkatnya meski ia ingin bersekolah seperti teman sebayanya.
Ia sudah memulai aktivitasnya di berbagai stasiun dan terminal sejak pagi hari. Bernyanyi dan berdendang sembari memainkan alat musik yang ia sebut ‘kecrek’. Dika mengaku tak malu setiap kali mengamen dari mobil ke mobil. “Kalau malu diomelin sama ayah, disuruh ganti mobil,” ucapnya lugu.
Jika malam tiba, ia singgah dan beristirahat di Stasiun Babelan, Bekasi, bersama ayahnya tersebut. Bukan kasur, bantal, dan selimut, ia sebut tidurnya menggunakan kardus bekas.
Kini, setelah masuk di Rumah Tahfidz Azka Azkia, Bogor, Jawa Barat, Dika merasa lebih tenang dan senang karena dikelilingi orang yang baik. Meski baru beberapa pekan bergabung di rumah tahfidz tersebut, ia merasa nyaman dan memiliki cita-cita menjadi TNI.
BACA JUGA: PW JQH NU Jabar Gelar Diklat Sadesha
Keinginannya untuk menjadi anggota TNI muncul ketika melihat anak dari Bunda Suryani, pengasuh Rumah Tahfidz Azka Azkia yang juga seorang TNI. Seketika, terbesit dalam benaknya ingin menjadi prajurit sepertinya.
Menurut Bunda Suryani, Dika termasuk santri yang penurut dan cepat bergaul. Ia pun merasa senang karena Dika sudah hijrah dari kehidupan sebelumnya menjadi seorang anak jalanan. Harapannya, Dika menjadi anak yang cerdas, hafidz Qur’an dan meraih cita-citanya menjadi TNI. (Arif/Ril)