ARJAWINANGUN, SC- Kekhawatiran terpapar akan Covid-19 pasti dirasakan semua kalangan masyarakat. Terlebih bagi petugas medis dan petugas pemulasaran jenazah Covid-19 yang tugas kesehariannya banyak bersentuhan dengan pasien atau jenazah Covid-19. Seperti dialami Perawat Rohani Islam (Warois) atau yang lebih dikenal dengan petugas pemulasaran jenazah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, H Misrad, SAg (56).
Sebagai manusia biasa, Misrad mengaku miris melaksanakan tugas memulasara jenazah Covid-19. Ia juga mengaku takut terpapar Covid-19, karena tugas pemulasaran yang ia lakukan, dari mulai memandikan, mengkafani, menyolati hingga mengubur jenazah Covid-19 dilakukan langsung oleh tim pemulasaran, termasuk dirinya.
“Tapi karena ini tugas, maka tetap saya laksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentunya, saya juga harus berusaha dalam posisi aman, yaitu dengan memakai APD lengkap,” ujar Misrad, usai melakukan pemulasaran jenazah Covid-19 di RSUD setempat, Minggu, (22/11/2020).
Selain khawatir terpapar, kata dia, penolakan masyarakat terhadap jenazah Covid-19 yang menganggap pemulasaran tidak dilakukan sesuai syariat Islam, juga membuat dirinya prihatin dan sedih. Pasalnya, puluhan jenazah Covid-19 di RSUD Arjawinangun yang hendak dikubur selalu dilakukan pemulasaran sesuai syariat Islam.
“Ya, sering dapat penolakan. Kalau dalam kondisi seperti itu saya serahkan ke polisi. Sebelum aman saya enggak mau turun (mengubur jenazah, red). Kami enggak mau dikorbankan, kami juga harus dijamin keamanannya,” kata Misrad.
Mantan Kaur Kesra (Lebe) desa Gegesik Wetan itu menjelaskan, jumlah total tim pemulasaran dan penguburan jenazah Covid-19 di RSUD Arjawinangun ada 12 orang. Dari jumlah tersebut, 7 orang merupakan tim pemulasaran. Dimana, 2 diantaranya ialah perempuan dan 1 orang merupakan dokter forensik. Selain itu, 5 orang lainnya adalah petugas yang standby di mobil ambulan ketika jenazah akan diberangkatkan ke tempat pemakaman.
Misrad menjelaskan, pendidikan terakhir 6 orang tim pemulasaran jenazah di RSUD Arjawinangun semuanya Sarjana Agama atau SAg. Ia memastikan, tatacara pemulasarannyapun dilakukan sesuai syariat. Sehingga, tidak ada alasan bagi masyarakat untuk meragukan proses tersebut. “Bahkan kami juga mengajak satu orang dari keluarganya untuk ikut memandikan atau melihat langsung prosesnya,” papar Misrad.
Ditambahkan Misrad, di bulan November 2020 ini tugas tim pemulasaran memang cukup berat. Karena, jumlah pasien meninggal dan dinyatakan positif Covid-19 mengalami peningkatan tajam. Hampir setiap hari tim pemulasaran jenazah Covid-19 menjalankan tugasnya tanpa kenal lelah. “Hari ini(kemarin, red) saja, teman-teman banyak yang ngedrop, tidak fit. saya sendiri sebenarnya sedang sakit pinggang, tapi kita tetap harus jalankan tugas itu,” tegasnya.
Hingga Minggu (22/11/2020) kemarin, imbuh Misrad, sudah 32 jenazah Covid-19 yang ditangani tim pemulasaran Covid-19 RSUD Arjawinangun. Jumlah tersebut didominasi oleh jenazah yang tercatat sebagai warga Kabupaten Cirebon. “Kalau dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, di bulan November ini hampir tiap hari, dan kebanyakan dari Kabupaten Cirebon,” tukas Misrad.
Senada disampaikan Warois RSUD Arjawinangun lainnya, H Ayip Mudarto. Menurutnya, tugas Warois dimasa pandemi Covid-19 ini dinilai cukup berat. Karena, tugas yang ia lakukan juga kerap mendapat tudingan yang menyakitkan hati. Padahal, ia juga tetap patuh pada protokol Covid-19 ketika harus memulasarakan dan menguburkan jenazah kerabat dekatnya. Sebagai petugas, Ayip tidak membeda-bedakan jenazah saudaranya dengan jenazah warga Kabupaten Cirebon lainnya. Artinya, proses pemulasaran hingga penguburannya sama, yakni tetap memakai protokol Covid-19. (Islah)