SUDAH 2 tahun berlalu sejak Kawasan Kota Tua Jamblang, Kabupaten Cirebon diresmikan sebagai destinasi wisata sejarah. Bukannya tidak bergeliat atau tidak diupayakan untuk menaikkan popularitas, namun ada beberapa kendala yang dihadapi.
Selain ada 3 faktor penting untuk mengembangkan pariwisata, yaitu Amenitas, Atraksi, dan Akses (3A). Namun, untuk destinasi wisata Kota Tua Jamblang ini masih ada satu lagi kendala yang dialami, yaitu akses.
Pasalnya, jalanan masuk menuju destinasi ini masih sempit. Selain itu, wisata Kota Tua Jamblang pun belum memiliki lahan parkir untuk angkutan umum berukuran besar.
Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Cirebon, Nana Mulyana mengatakan, salah satu upaya untuk meningkatkan popularitas destinasi wisata ini, pihaknya menggelar pameran gerabah dan kekayaan Kota Tua Jamblang lainnya secara virtual pada Kamis, (30/9/2021) kemarin.
“Walaupun pandemi udah action, ada virtual gerabah. Kita gak kurang-kurang eksplor. Bidang Kebudayaan juga pernah mengadakan kegiatan di sana. Nanti juga akan ada kegiatan Pariwisata Jamblang (Kota Tua Jamblang),” katanya, Jumat (1/10/2021).
Jadi, lanjutnya Nana, akan ada perjalanan pariwisata atau trip pariwisata Kota Tua Jamblang. Yaitu, mengambil start dari Bakung, kemudian ke Sitiwinangun, dan berakhir di Jamblang.
“Tapi, kembali ke lahan parkir dan jalan. Kan hambatan pariwisata itu ada tiga. Yaitu amenitas atau pendukung destinasi wisata, seperti rumah makan dan lainnya, kemudian atraksi itu seperti penampilan barongsai, atau pembuatan gerabah, makanan, rumah produksi dan lainnya. Serta akses yang di dalamnya ada lahan parkir dan jalan,” paparnya.
BACA JUGA: Pikul Tugas Mulia, Nok-Kacung Berperan Majukan Pariwisata di Kabupaten Cirebon
Nana juga menyebutkan, yang berwenang dalam hal tersebut adalah pemerintah desa (pemdes) setempat dan pegiat. Karena, kata dia, tidak bisa Pemerintah Kabupaten Cirebon bekerja sendirian. Oleh karena itu, pihaknya pun menggandeng pegiat dari Universitas Maranatha dan beberapa kelompok lainnya untuk mengembangkan objek wisata tersebut.
“Tidak kurang-kurang kita bersinergi melibatkan orang-orang dari Universitas Maranatha, untuk pembangunan destinasi wisata Jamblang, Klenteng Jamblang, gerabah, dan lainnya,” sebutnya.
Kendati begitu, besar harapan Nana di luar dari pemdes dan pegiat untuk turut serta dalam pengembangan destinasi wisata Kota Tua Jamblang ini. Terlebih, dia mengungkapkan, perda atau regulasi untuk pariwisata segera ditetapkan.
“Saya harap perda ditetapkan tahun ini. Tapi kalau dari DPRD itu tahun depan, kemungkinannya April. Karena, bagaimanapun kalau tidak ada perda, seperti lokomotif tanpa rel,” tukasnya. (Sarrah/Job)