KOTA CIREBON, SC- Kritik terhadap pekerjaan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) di Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, tak hanya datang dari anggota dewan, namun juga dari Sekretaris RW 10, Kelurahan Panjunan, Achmad Muzakky.
Achmad Muzakky sangat menyayangkan pekerjaan kontraktor yang terlihat asal-asalan. Ia mengaku kecewa besar karena banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan spek (spesifikasi, red).
“Jadi kalau Sub Kordinator Teknik Tata Bangunan dan Perumahan DPRKP Kota Cirebon, Ibu Aniah, kemarin, menyatakan pekerjaan Kotaku di Kelurahan Panjunan tidak ada kendala, itu tidak benar, karena faktanya banyak pekerjaan yang asal-asalan,” kata Muzakky kepada Suara Cirebon, Jumat (27/5/2022) kemarin.
BACA JUGA: Kotaku Dinilai Dikerjakan Sembarangan, DPRD Sebut Pihak yang Bertanggung Jawab Tak Jalankan Tugas
Menurutnya, apa yang disampaikan Aniah tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Dirinya menemukan banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan spek, seperti ambruknya gapura dan amblesnya lantai batu alam.
“Padahal DPRKP melihat sendiri ketika ada laporan kerusakan yang terjadi pada pengerjaan proyek Kotaku, seperti ambruknya gapura dan amblesnya lantai batu alam,” kata pria yang akrab disapa Zakky.
“Apakah ambruknya gapura dan amblasnya lantai batu alam itu sudah sesuai kajian teknis,” imbuh Zakky.
Zakky menyampaikan, pada saat pengerjaan urukan, sebagian urukan menggunakan lumpur bekas galian. Kemudian pada saat pembetonan jalan, menurut dia, hanya sebagian kecil saja yang menggunakan gelaran (rangka, red) besi.
“Sebagian besarnya tidak ada gelaran besi, saya ada bukti foto-foto dan videonya, apakah itu juga sudah sesuai kajian teknis,” sindir Zakky.
BACA JUGA: Geng Motor Dikepung, Tak Ada Ruang Untuk Berandalan
Dirinya mengaku pernah meminta Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan gambar kepada konsultan pengawasan dan pihak kontraktor, tetapi tidak diberikan. Menurutnya hal tersebut sebagai acuan darinya sebagai masyarakat dan sekretaris RW setempat, untuk mengontrol apakah pekerjaan sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak.
“Saya tidak mau saat nanti diserahkan kepada Pemkot dan masyarakat, beberapa bulan kemudian bangunan yang sudah jadi pada rusak akibat pengerjaan yang tidak sesuai spek dan gambar, nanti yang disalahkan masyarakat dikiranya masyarakat pesisir yang merusak dan tidak merawat bangunan Kotaku,” pungkas Zakky. (Surya)