SUARA CIREBON- Kabupaten Cirebon masuk dalam wilayah risiko bencana level tinggi. Di wilayah Jawa Barat, Kabupaten Cirebon menempati ranking 10 daerah risiko bencana tinggi.
Karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon terus berupaya meminimalisasi dampak bencana, khususnya bencana hidrometeorologi [bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca].
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Alex Suheriyawan, mengatakan, berdasarkan hasil Kajian Risiko Bencana (KRB) yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), skor Indeks Risiko Bencana (IRB) Kabupaten Cirebon berada di angka162,49.
Menurutnya, dengan skor IRB 162,49 tersebut, Kabupaten Cirebon masuk ke dalam kategori wilayah dengan level tinggi risiko kawasan bencana.
BACA JUGA: Anggaran Korban Bencana sudah Banyak Terserap
Menurut Alex, dibutuhkan kerja sama semua pihak dalam mengantisipasi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi di antaranya banjir, tanah longsor dan angin puting beliung.
Alex mengatakan, indeks kenaikan level risiko bencana dari sedang menjadi tinggi terjadi sejak dua tahun lalu. Bahkan, kata dia, di tahun 2020 lalu Kabupaten Cirebon.
Menjadi wilayah dengan kategori risiko sangat tinggi se-Jawa Barat di luar kekeringan.
Kewaspadaan terhadap kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir , longsor, cuaca ekstrem yang menimbulkan angin kencang dan lainnya, harus ditingkatkan.
BACA JUGA: Masyarakat Diimbau Waspada Ancaman Bencana
Pasalnya, pada 2020 lalu bencana hidrometeorologi yang melanda Kabupaten Cirebon ini datang silih berganti di berbagai daerah yang tersebar pada 40 kecamatan.
Atas kondisi tersebut, kata Alex, Pemkab Cirebon melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemetaan wilayah bencana hidrometeorologi hingga level desa.
Hasilnya, sebaran wilayah rawan bencana ada pada 163 desa yang tersebar pada sejumlah kecamatan di Kabupaten Cirebon.
“KRB ini sebagai pedoman dalam pemetaan wilayah yang risikonya tinggi. Selain itu, rancangan kontigensi terus dilakukan dalam meminimalisasi bencana hidrometeorologi,” kata Alex, Jumat (28/10/2022).
BACA JUGA: 25 Wilayah Kecamatan Rawan Bencana Alam
Ia menjelaskan, kajian dan pemetaan kawasan bencana hidrometeorologi dilakukan hampir di tiap bagian wilayah, dari mulai wilayah timur, barat dan tengah Kabupaten Cirebon.
Alex menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk mengejar target penurunan risiko tinggi menuju kawasan risiko sedang hingga 2024 mendatang.
“Seperti kita maklumi, dalam perhitungan dua tahun ke belakang memang banyak berisiko bencana. Sehingga poinnya sangat tinggi, yaitu hingga rangking 10 se-Jawa Barat. Target kami di 2024 kembali bisa menjadi level sedang kawasan bencana. Capaian penanganan yang kita lakukan ini menuju ke sana,” terang Alex.
BACA JUGA: KAI Cirebon Lakukan Pemetaan Area Rawan Bencana
Karena itu, kesiapan dan persiapan yang dilakukan pemerintah dilakukan secara komprehensif, termasuk kebijakan membuat revisi Perbup tentang Kebencanaan, serta kajian risiko bencana dan melakukan rancangan kontigensi.
“Untuk bencana hidrometeorologi ini, tahun depan dirancang rencana penanggulangan bencana (RPB) yang nantinya akan ditransformasikan pada penanganan kebencanaan secara digital atau peta berbasis digital,” pungkasnya. (Islah)