SUARA CIREBON – Kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) sebagai dampak elnino diprediksi bakal terjadi mulai bulan Juli sampai Agustus 2023.
Antisipasi mutlak dilakukan mengingat dampak elnino membuat suhu menjadi sangat panas sehingga rawan terjadi kekeringan dan karhutlah.
Sub Kordinator Kebencanaan Ahli Muda BPBD Kabupaten Cirebon, Juwanda mengatakan, dampak el nino diprediksi mulai dirasakan Juli hingga Agustus. Dimana, puncak dari dampak tersebut diperkirakan terjadi di bulan Agustus sampai September.
Menurut Juwanda, hal itu sesuai prediksi BMKG yang disampaikan dalam rapat koordinasi tingkat provinsi di Kabupaten Garut beberapa waktu lalu.
“Kata BMKG waktu rakor tingkat provinsi di Garut, dampaknya itu kekeringan dan rawan kebakaran hutan dan lahan,” kata Juwanda, Kamis, 8 Juni 2023.
Dalam rakor tersebut, kata Juwanda, ditekankan pula upaya antisipasi yang harus dilakukan masing-masing daerah, termasuk Kabupaten Cirebon.
Untuk wilayah Kabupaten Cirebon, BPBD Kabupaten Cirebon telah menyiapkan regulasi tanggap darurat jika suatu saat nanti terjadi darurat air. “Regulasi kesiapsiagaan menghadapi kekeringan sudah disiapkan,” kata Juwanda.
Selain itu, langkah antisipasi lainnya yang dilakukan BPBD adalah melakukan kerjasama dengan Perumda Tirta Jati.
Bahkan, BPBD juga sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah OPD lainnya terkait transportasi untuk pendistribusian air bersih ketika krisis air bersih melanda. Diantaranya, dengan DLH, PUTR, Damkar dan lainnya.
“Biasanya yang diprioritaskan dapat bantuan air bersih adalah desa yang sangat rawan. Tapi mudah-mudahan tidak sampai ada yang meminta bantuan air bersih. Itu berarti ketersediaan air bersih mencukupi,” paparnya.
Hingga saat ini, imbuh Juwanda, BPBD belum menerima permohonan bantuan air bersih dari desa-desa di Kabupaten Cirebon, termasuk dari desa-desa yang rawan kekeringan. “Tapi kami sudah lakukan sosialisasi untuk sama-sama siap siaga menghadapi kekeringan,” terangnya.
Fenomena el nino sudah terasa sejak bulan Mei 2023 di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Cirebon. El nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Bahkan, El Nino yang bisa mengakibatkan pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Berdasarkan data sesuai kejadian sebelumnya, dari total 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Cirebon, sebanyak 29 kecamatan dengan 195 desa merupakan daerah rawan kekeringan dengan berbagai kriteria. Dari mulai sangat kering, sedang dan kering biasa.
“Tahun 2022 kemarin tidak ada kekeringan yang cukup signifikan, karena masih kategori kemarau basah, jadi tidak ada permintaan bantuan,” kata Juwanda.***