SUARA CIREBON – Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk membekukan rencana normalisasi hubungan dengan Israel.
Keputusan Arab Saudi diambil di tengah kecamuk perang pejuang Palestina Hamas Vs teroris Israel yang eskalasinya masih terus meningkat melalui serangan brutal ke Gaza.
Sikap Arab Saudi merupakan respon atas krisis Palestina menyusul pecahnya perang Israel melawan Hamas dalam sepekan terakhir ini.
Arab Saudi, melalui Putra Mahkota, Mohammed bin Salman membuat keputusan membekukan rencana normalisasi hubungan dengan Israel.
Menyusul pembekuan tadi, Mohammed bin Salman malah terlihat makin mesra dengan Iran yang juga belum lama melakukan normalisasi atas promosi Presiden China, Xi Jinping.
Bahkan Mohammed bin Salman telah menerima telefon pertamanya secara langsung dari Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
Ini merupakan kontak bersejarah antara pemimpin Arab Saudi dan Iran yang selama berpuluh-puluh tahun berada dalam perang dingin akibat isu sektarian Sunni dan Syiah.
Mohmmaed bin Salman dan Ebrahim Raisi membahs perkembangan terkini perang Israel melawan Hamas di Gaza, Palestina.
Sebelum Hamas menyerang Israel, hanya tinggal selangkah, Arab Saudi dan Israel akan membuat kesepakatan sangat bersejarah, berupa normalisasi hubungan.
Normalisasi hubungan diplomatik Israel dan Arab Saudi disponsori oleh Amerika Serikat, dan telah mencapai tahapan sangat signifikan.
Namun hanya tinggal selangkah lagi, normalisasi itu terkendala adanya serngan Hamas ke Israel yang kemudian memicu konflik hingga hari ini.
Dalam normalisasi hubungan, semula direncanakan akan ada kunjungan Mohammed bin Salman ke Tel Aviv, dan sebaliknya Perdana Menteri (PM) Benyamin Netanyahu melakukan kunjungan balasan ke Riyadh.
Rencana normalisasi hubungan Arab Saudi dengan israel sempat menuai reaksi keras sejumlah kalangan di Timur Tengah.
Sebab rencana normalisasi itu mengabaikan isu Palestina. Namun belum sempat ditandatangani normalisasi, terkendala perang Israel – Hamas.
Sumber di Amerika Serikat menjelaskan, upaya normalisasi Arab Saudi dan Israel tetap berjalan.
“Hanya sekarang lebih fokus pada konflik Israel Hamas,” tutur otoritas Amerika.***