SUARA CIREBON – Ada satu kuliner khas yang biasanya marak beredar pada saat menjelang Tahun Baru Imlek, namanya kue keranjang atau banyak yang menyebut dodol China.
Menjelang Tahun Baru Imlek yang tahun ini jatuh pada 8 Februari 2024, dodol China atau kue keranjang, banyak tersedia di sejumlah pasar tradisional.
Di Kota Bandung misalnya, dodol China (kue keranjang) banyak dijajakan di Pasar Astana Anyar atau di Taman kopo Indah.
Kalau di Kota Cirebon, dodol China atau kue keranjang banyak dijajakan di Pasar Kanoman. Seperti hai-hari ini, sudah mulai banyak dijajakan.
Terbuat dari apa dan bagaimana sejarak kue keranjang atau dodol China ini ? Berikut penjelasan dari budayawan Tionghia berdarah Jawa dan Sunda,m Suhu Jeremy Huang Wijaya.
Menurutnya, Kue keranjang terbuat dari tepung ketan, gula merah, dan coklat Van Houten, bisa juga dari Vanilla.
Ketiga bahan tersebut lantas dicampur dengan air. Lalu dikukus berjam-jam sampai tercipta karamel berwarna cokelat tua.
Dari proses masak tersebut, diperoleh makanan bertekstur kenyal dan lengket dengan cita rasa manis.
“Minimal dimasak selama delapan jam,” tutur Suhu Jeremy, Minggu 4 Februari 2024.
Kue Keranjang atau dodol China nama aslinya Nian Gao atau Ni Kwee. Artinya kue tahunan karena dapat dimakan sepanjang tahun.
Sejarah kue keranjang dimulai ketika Raja Yue Goujian menyerang Ibu Kota Wu. Terbunuhlah Wu Zixu, seorang jendral dan politisi kerajaan Wu pada periode musim semi dan gugur (771-477 SM).
Akibat penyerbuan Raja Yue, membuat warga Wu terjebak tidak ada makanan. Mereka pun terancam kelaparan.
Sebelum meninggal dunia, Wu Zixu memberi perintah kepada para prajurit untuk membongkar tembok. Ketika itu fondasi tembok dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.
Para prajurit melakukan perintah Wu Zixu dan menemukan bahwa fondasi tembok dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.
Akhirnya warga kerajaan Wu terhindar dari bencana kelaparan karena adanya tepung beras ketan yang jadi fondasi tembok.
“Sejak itulah, kue keranjang dijadikan makanan bagi warga Tionghoa,” tutur Suhu Jeremy.
Kue keranjang mulai disajikan sebagai makanan pada era Dinasti Tang di tahun 618 sampai 907 masehi.
Pada era Dinasti Qing, periode 1636 hingga 1912, kue keranjang semakin berkembang dan menjadi makanan camilan yang bisa dikonsumsi kapan saja.
Kue keranjang berdasarkan mitos, sengaja dibuat untuk menyogok Dewa Dapur yang suka melaporkan setiap kegiatan dapur dari rumah rumah kepada Dewa Langit.
Supaya Dewa Dapur melaporkan yang baik kepada Dewa Langit, kue keranjang disediakan warga China khusus untuk desa penguasa dapur tersebut.
Kue keranjang, biasanya dibagikan kepada para tetangga. Tujuannya tabur kebaikan menjalin persahabatan dan persaudaraan supaya erat bersatu.
“Memakan kue keranjang di malam Tahun Baru Imlek dipercaya menambah rejeki, bakal sukses dan diberi kemudahan dalam segala urusan,” tutur Suhu Jeremy.***
Dapatkan update berita setiap hari dari suaracirebon.com dengan bergabung di Grup Telegram “Suara Cirebon Update”. Caranya klik link https://t.me/suaracirebon, kemudian join. Sebelumnya, Anda harus install dan daftar di aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.