SUARA CIREBON – Saksi Ismail dan Purnomo, merupakan dua orang lain yang mengaku melihat detik-detik kecelakaan tunggal di fly over Kepompongan, Talun, Cirebon pada Sabtu malam 27 Agustus 2016.
Kesaksian Ismail dan Purnomo disampaikan di depan majelis hakim dalam lanjutan sidang PK (Peninjauan Kembali) di Kantor PN Kota Cirebon pada Jumat 13 September 2024.
Ismail dan Purnomo merupakan warga Jakarta dan Tangerang. Keduanya mengaku menyaksikan detik-detik kecelakaan tunggal sejoli yang kemudian diketahui Bernama Eki dan Vina.
Kecelakaan tunggal itu terjadi di fly over Kepompongan, Talun, Kabupaten Cirebon pada Sabtu malam sekitar pukul 22.00 WIB, 13 September 2016.
Dari kesaksian Ismail dan Purnomo, kecelakaan terjadi di fly over Kepompongan arah ke Sumber. Sedangkan keduanya melewati fly over dalam perjalanan ke arah sebaliknya, dari Sumber menuju Kota Cirebon.
Ismail mengantar anaknya, Purnomo, naik sepeda otor ke Watubelah, Sumber, Kabupaten Cirebon untuk melamar gadis pujaannya pada Sabtu malam 27 Agustus 2016.
Purnomo yang mengendarai speeda motor, ceritanya salah jalan. Harusnya dari rumah gadis yang dilamar belik kiri, namun ia malah belok kanan.
Karena belok kanan, menuju arah Kota Cirebon akhirnya melewat fly over Kepompongan. Pada saat melewati fly over itulah Purnomo dan ayahnya, Ismail, melihat detik-detik kecelakaan tunggal.
“Harusnya saya belok kiri, tapi malah belok kanan di Watubelah. Sampai akhirnya ke Kota Cirebon melewati fly over,” tutur Purnomo.
Saat melewati fly over, Purnomo dan Ismail melihat ada sepeda motor dari arah berlawanan, terlihat ngebut ugal-ugalan, zigzag, lalu jumping, standing dan menabrak pembatas jalan.
“Kami lihat sepeda motor zigzag, jumping terus nabrak pembatas jalan. Yang laki-laki terpental menghantam tiang lampu jalan umum, yang Wanita terlempar ke aspal jalan,” tutur Purnomo.
Dalam kesaksian itu, Ismail menjelaskan, saat itu sepeda motor yang kecelakaan tunggal itu sendirian, tidak ada sepeda motor lainnya.
“Waktu itu dalam keadaan gerimis. Sepeda motor yang zigzag dan kecelakaan itu sendirian. Tidak ada sepeda motor lain di belakangnya,” tutur Ismail.
Setelah kecelakaan tunggal terjadi, Purnomo dan Ismail sempat mendekat, bahkan berjarak sangat dekat dengan posisi ubuh korban.
“Kami sempat berhenti. Sekitar lima menit. Jaraknya dekat, hanya terhalang pembatas jalan. Kami lihat yang laki-laki terluka parah dengan darah di bagian kepala. Yang Wanita masih hidup, merintih sambal menebut Asma Allah,” tutur Purnomo.
Malam itu, Purnomo sempat bertanya ke ayahnya, Ismail. Maksudnya untuk menolong korban kecelakaan tunggal yang tubuhnya terkapar di jalan.
“Kita mau menolong nggak Pak,” tanya Purnomo.
“Jangan, nggak ada saksi. Nanti kita malah disalahin,” jawab Ismail.
Karena keduanya ketakutan, lalu Purnomo dan Ismail memutuskan untuk tidak menolong sepasang remaja korban kecelakaan tunggal.
“Kami memutuskan tidak menolong dan langsung melanjutkan perjalanan ke arah Kota Cirebon. Saya ingat persis karena selain habis melamar, sepeda motor saya malam itu hilang saat diparkir di tempat saya menginap di Kota Cirebon,” tutur Ismail.
Ismail mengaku baru kali ini memberi kesaksian setelah kasus Vina Cirebon viral. Ia tergerak hatinya begitu melihat film dan pemberitaan.
“Saya tergerak untuk meluruskan pemberitaan yang tidak benar dalam kasus ini. Saya lihat itu kecelakaan, bukan pembunuhan, apalagi pemerkosaan. Saya tergerak hatinya kasihan melihat para terpidana yang menjadi korban dihukum seumur hidup. Padahal itu kecelakaan tunggal,” tutur Ismail.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.