SUARACIREBON – Pelayanan di Puskesmas Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon menjadi sorotan pemilik akun facebook Fani Silfiyana.
Dalam unggahannya, akun facebook tersebut membagikan cerita pahit saat membawa anaknya berobat ke Puskesmas Tegalgubug yang mengalami demam tinggi akibat mulai tumbuh gigi.
Dengan kondisi anak yang disebut sempat kejang sebelum ke puskesmas, pemilik akun tersebut justru mendapat sambutan yang tak menyenangkan saat berada di ruang pelayanan. Kata-kata kasar dengan nada ketus keluar dari oknum tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Tegalgubug.
Dalam cuitannya, Fani Silfiyana mengaku bersama tiga ibu-ibu lainnya mendapat perlakuan yang sama saat berada di ruang pemeriksaan.
Ia menilai nakes yang menangani keluhan anaknya ini, sangat tidak beretika. Fani Silfiyana bahkan merasa sakit hati ketika nakes lainnya di bagian pemberian obat turut menyentilnya dengan kata-kata menggunakan bahasa Cirebon, “nyewot-nyewot laka duite kah”.
Kalimat tersebut ditengarai memicu respons sikap suami pemilik akun yang diduga terpancing amarahnya usai istrinya mendapat kata-kata kasar di ruang pemeriksaan.
Kalimat menohok yang disampaikan dalam bahasa Cirebon ini, seperti menegaskan bahwa masyarakat miskin tidak boleh marah ketika berobat di puskesmas.
Masyarakat miskin harus menerima layanan yang memang sesuai standar pelayanan kesehatan untuk orang miskin, yakni di puskesmas.
“Jujur, sakit hati mendengarnya,” tulis Fani Silfiyana yang juga mengaku merasa terhina dengan kalimat tersebut. Postingan tersebut sontak menuai banyak komentar dari netizen.
Sebagian netizen ada yang mengaku pernah mendapatkan perlakukan yang sama, ada yang mengaku malas berobat ke puskesmas karena pelayanan yang tidak ramah bahkan ada pula yang mendorong pemilik akun untuk melaporkannya kepada Gubernur Jawa Barat.
Postingan tersebut kemudian dibagikan ulang oleh beberapa grup facebook. Berikut ini narasi yang diunggah akun tersebut di media sosial facebook dengan Judul: Pengalaman Kurang Mengenakkan di Puskesmas TGB Kidul.
Singkat cerita, hari ini saya sangat kecewa dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas TGB Kidul.
Pagi tadi sekitar jam 8, saya mendaftar untuk memeriksakan anak yang sedang demam karena tumbuh gigi. Setelah menunggu, nomor antrian saya dipanggil lewat pengeras suara untuk masuk ke ruang 1.
Namun, saat saya masuk, ternyata belum ada tenaga medis sama sekali di dalam.
Saya menunggu cukup lama sampai lewat jam setengah 9. Di dalam ruangan itu bukan cuma saya, tapi ada 3 ibu-ibu lain yang juga sudah dipanggil tapi nasibnya sama: menunggu tenaga medis yang tak kunjung datang.
Suami saya sempat bertanya ke bagian pendaftaran, tapi hanya disuruh menunggu lagi.
Saat tenaga medis akhirnya datang, bukannya memeriksa, beliau malah bertanya dengan nada ketus, “Ngapain di dalem?” Saya jawab, “Sudah dipanggil Bu, disuruh masuk ke ruangan 1 antrian 2.”
Beliau menjawab, “Saya tidak merasa memanggil.”
Padahal jelas-jelas kami semua masuk karena dipanggil lewat mic. Suami saya pun ikut bicara bahwa kami dan pasien lain sudah menunggu lama. Bukannya minta maaf karena terlambat, petugas malah marah-marah. Di luar ruangan pun saya mendengar bapak-bapak lain mengeluhkan pelayanan yang lambat ini.
Puncaknya saat saya mengantri obat. Saya tidak sengaja mendengar petugas berbicara tentang suami saya. Ada ucapan yang sangat menyakitkan hati: “Nyewot-nyewot laka duite kah” (Marah-marah karena nggak punya uang kah). Jujur, sakit hati mendengarnya.
Padahal KTP saya domisili Kaliwedi dan saya bisa saja berobat ke dokter anak, klinik atau Puskesmas Kaliwedi. Saya ke sini murni karena situasi genting (anak sempat sedikit kejang pagi harinya), jadi saya cari fasilitas kesehatan terdekat.
Alhamdulillah sebelum berangkat anak sudah saya beri obat penurun panas. Semoga ke depannya pelayanan dan etika petugas bisa diperbaiki. Pasien butuh pertolongan, bukan hinaan.
Untuk fasilitas ruangan sudah sangat bagus dari yang lain, hanya saja pelayanannya yang kurang mengenakan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni membenarkan terjadinya peristiwa tersebut di Puskesmas Tegalgubug. Bahkan, oknum Nakes tersebut sudah diberikan Surat Peringatan (SP) 1.
“Benar mas, yang bersangkutan sudah ditegur dan sudah diberikan SP 1 oleh kepala puskesmasnya,” kata Eni Suhaeni, Minggu, 24 November 2025.
Menurut Eni, setiap bulan dirinya terus mengingatkan kepada semua kepala puskesmas agar memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat yang membutuhkan.
Hal itu agar peristiwa serupa tidak terjadi di puskesmas lainnya di Kabupaten Cirebon. Bahkan bukan hanya bagi kepala puskesmas, arahan tersebut juga berlaku bagi sekdis, para kabid dan kepala tim pokja.
“Kalau ada pertemuan dengan pemegang program puskesmas, disampaikan juga hal yang sama, yakni harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, jangan ada diskriminasi,” kata Eni.
Ia menegaskan, disiplin adalah harga mati bagi pegawai puskesmas. Dinkes Kabupaten Cirebon memastikan tidak akan memberikan toleransi bagi pegawai yang meninggalkan tugas, datang terlambat, atau mengabaikan pelayanan.
“Masyarakat datang itu untuk mencari bantuan, bukan melihat kursi kosong. Kita harus hadir sebelum masyarakat datang, dan pulang setelah pelayanan selesai dengan baik,” tegasnya.
Eni menegaskan, pelayanan yang ramah bukan pilihan, melainkan sebuah kewajiban. Dalam memberikan pelayanan, para nakes tidak boleh bersikap acuh, marah-marah, atau melayani setengah hati. Menurut Eni, setiap keluhan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.
“Satu pelayanan buruk akan meruntuhkan kepercayaan publik terhadap kita. Maka jangan coba-coba untuk melanggarnya,” tandasnya.
Eni menambahkan, semua nakes harus memiliki integritas karena merupakan pondasi dalam melayani masyarakat. Ia tidak ingin di Puskesmas ada pungutan atau permainan sekecil apa pun.
“Kita menjaga nama baik dinas, pemerintah daerah, dan profesi kesehatan. Pegang teguh aturan walau tidak ada yang melihat,” kata Eni.
Ia berharap, seluruh pegawai baik di puskesmas maupun di Dinas Kesehatan harus memiliki etos kerja yang baik, cepat, tepat, dan tuntas. Artinya, tidak ada lagi pelayanan yang dipingpong, ditunda, atau diselesaikan setengah-setengah.
“Tantangan kesehatan semakin berat, masyarakat membutuhkan ASN yang responsif dan mampu mengambil keputusan dengan cepat,” pungkasnya.***
Simak update berita dan artikel lainnya dari kami di Google News Suara Cirebon dan bergabung di Grup Telegram dengan cara klik link Suara Cirebon Update, kemudian join.