PANDEMI Covid-19 memang tidak mematikan sektor pertanian di negeri ini. Namun, tetap saja wabah tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan bagi para petani. Pasalnya, pasokan pupuk subsidi yang biasanya diberikan oleh pemerintah kepada petani, selama pandemi telah dikurangi.
Alhasil, tak sedikit petani yang menjerit karena biaya yang harus dikeluarkan untuk bertani meningkat drastis. Mereka terpaksa membeli pupuk non-subsidi yang harganya dirasakan sangat tak sebanding dengan hasil panen
Tak hanya persoalan pupuk, di musim tanam rendengan atau penghujan ini, para petani juga harus merasakan kepahitan dalam bentuk lain, yakni adanya serangan hama kresek atau penyakit hawar dau bakteri (HDB) yang menyebabkan kerusakan tanaman cukup parah.
Seorang petani asal Desa Bakung Kidul, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon, Karto menuturkan, pada musim taman tahun ini mengalami kerugian yang cukup banyak. Penyebabnya, tanaman padi seluas 1,5 hektare di lahan yang telah disewanya terserang hama kresek tersebut. Tak tanggung-tanggung, menurut dia, hasil panennya merosot hingga setengah dari biasanya.
“Dari lahan satu hektare setengah saya hanya dapat 5 ton itupun kotor. Misalkan 1 hektare dapat 6 atau 7 ton, kalau kena kresek paling hanya 3 sampai 4 ton saja. Karena separuhnya tidak berisi butir padi. Makanya gabah kempes-kempes tidak berisi,” kata Karto kepada Suara Cirebon, Kamis (29/4/2021).
Menurutnya, saat ini kondisi petani sedang terpuruk. Sebab, serangan hama kresek tidak hanya menyerang tanaman padi tapi juga berpengaruh pda hasil panen. Padi yang dihasilkan selain beratnya menurun, kualitasnya juga buruk, akibatnya harganya murah meriah.
“Tak sebanding dengan biayanya. Pupuk dan obat-obatan mahal,” ungkap Karto.
Pria yang telah 30 tahun menggangtungkan hidup sebagai petani itu menjelaskan, hama kresek (Xanthomonas Oryzae) itu muncul karena faktor cuaca di musim rendengan.
“Kresek itu mulainya saat tanaman padi mulai beranak (tumbuh anakan padi, red) 40-50 harian sekitar dua bulanan. Penanganannya kresek itu paling susah,” tuturnya.
Namun, ia mengaku tak menyerah begitu saja. Kata dia, ada cara penanganan untuk meminilasir dampak hama tersebut. Yakni, dengan melakukan pemupukan satu kali dalam masa tanam bagi tanah sawah yang masi subur.
“Tanah disini kan termasuk subur mupuknya cukup sekali aja, misalkan 3 kwintal ya sekalian saja. Hasilnya, jangan khawatir berkurang, meskipun hanya sekali diberi pupuk. Nah rata-rata di sini melakukannya dua kali, jadinya nambah parah kalau kebanyakan pupuk,” pungkas Karto.
BACA JUGA: Produksi Petani di Cirebon Anjlok, Gabahnya tak Diterima Bulog, Ini Penyebabnya
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Wasman mengatakan, hama kresek tersebut dapat berkembang biak dengan pesat pada musim hujan. Petani, kata Wasman, dapat mencegahnya pada awal penanaman.
“Itukan bakteri, jadi memang harus dari awal, kalau pencegahan kresek itu ditandakan nanti daun-daunnya mengering. Mulai dari usia berakhirnya vegetatif masuk ke generatif. Dari usaia 40 sampai 45 hari, sampai ke panen sehingga pengisian bulir padinya kurang sempurna,” kata Wasman. (Joni)