SALAH satu amalan yang banyak dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan adalah tadarus atau membaca Alqur’an. Tadarus (tadarusan) merupakan amalan ibadah yang diyakini bisa meningkatkan kualitas ketakwaan di bulan penuh berkah ini.
Biasanya, tradisi tadarusan dilakukan di masjid, musala, hingga tempat-tempat ibadah lainnya pada malam hari setelah melaksanakan salat Tarawih berjamaah. Di beberapa wilayah, khususnya yang ada di di Kabupaten Cirebon, tradisi tersebut bahkan ada yang dilakukan hingga pukul 12 malam.
Para jemaah tadarusan secara bergantian membaca Alqur’an dan disimak oleh jemaah lainnya. Tradisi tersebut juga masih rutin dilakukan di Majelis Taklimul Mahalli (MTM) Kalibangka Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Usai melaksanakan salat Tarawih berjamah, para santri di majelis ini langsung melaksanakan tadarusan.
BACA JUGA: Lazismu Luncurkan Program 1.000 Paket Ramadhan Ceria
Pengasuh Majelis Taklimul Mahalli (MTM) Kalibangka, Ismail Marzuki (35) mengatakan, membaca Alqur’an di masjid atau musala usai salat Tarawih sudah menjadi tradisi dan amaliyah umat Islam selama bulan Ramadhan. Menurutnya, tradisi amaliyah tersebut biasa disebut dengan tadarusan.
“Tadarusan itu ‘nderes’ atau membaca ayat-ayat Alqur’an. Tradisi tadarusan di musala atau masjid di tempat tinggal saya ini biasa mengkhatamkan Alqur’an tiga sampai empat kali selama satu bulan. Termasuk di majelis kami ini,” kata Ismail.
Ia menerangkan, pada umumnya tadarusan dilakukan setelah salat Tarawih hingga pukul 23.00 bahkan pukul 24.00. Seperti biasa, Alqur’an dibaca secara bergilir oleh para jemaah atau warga di sekitar tempat tersebut.
BACA JUGA: Tumbuhkan Kepekaan Sosial Mahasiswa, BEM UMC Bagi-bagi Takjil Gratis
Biasanya, kata Ismail, masyarakat yang ada di sekitar tempat yang menggelar tadarusan ini turut memberi beragam makanan ringan atau cemilan. Setiap harinya, warga yang memberi makanan untuk kegiatan tadarusan seperti sudah ada yang mengatur secara bergantian untuk jangka waktu satu bulan penuh.
“Itu semua tanpa diminta dan di malam akhir bulan Ramadhan, pas khataman Alqur’an terakhir, biasanya masyarakat banyak yang mengirimi nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Sebagai tanda rasa syukur dan berharap mendapat berkah dari Alqur’an,” jelasnya.
Jika biasanya tadarusan di musala atau masjid-masjid lebih didominasi oleh bapak-bapak dan para remaja, namun di MTM Kalibangka justru didominasi anak-anak. Semangat mereka pun tak kalah dengan bapak-bapak dan para remaja selama Ramadhan.
BACA JUGA: Pendidikan Karakter Prioritas Selama Ramadan
“Ini juga sebagai bagian dari upaya kita untuk melatih dan mendidik anak-anak lebih mencintai Alqur’an sejak dini. Mulai dari anak-anak usia SD, SMP dan SMA, kita ajarkan mereka untuk giat tadarusan,” kata Ismail.
Selain bertadarus usai salat Tarawih berjamaah, para santri di majelis tersebut juga rutin mengaji Iqra dan Juz Amma untuk tingkat pertama dan kedua sehabis Ashar. Sedangkan bagi santri tingkat ketiga, mereka mengaji Alqur’an setelah salat Tarawih berjamaah.
“Jadi untuk yang mengajinya sudah Alqur’an, mengajinya setelah salat Tarawih berjamaah. Kemudian setelah mengaji, secara bergantian mereka tadarus. Anak-anak juga kita ajarkan tentang ilmu tajwid untuk menunjang membaca Alqur’an mereka dan ilmu fikih,” pungkasnya. (Islah)