IWAN Hermawan, tenaga pendidik di Madrasah Ibtidaiah (MI) Al-Muawanah 2, Desa Mekarsari, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, tidak menduga jika pelaksanaan hari terakhir Penilaian Akhir Tahun (PAT) sebagai ujian yang wajib diikuti siswa di akhir tahun ajaran (semester genap, red), harus ditunda karena banjir yang merendam Desa Mekarsari, Selasa (7/6/2022).
Menurut Iwan, pelaksanaan PAT terpaksa harus ditunda karena banjir merendam seluruh ruang belajar MI Al Muawanah. Pasalnya, jika pelaksanaan PAT tetap dipaksakan digelar di tengah banjir, pihaknya, khawatir akan menyebabkan beban psikologis para muridnya.
“Hari ini (kemarin, red), seluruh ruang kelas terendam banjir, sehingga terpaksa pelaksanaan PAT ditunda dan akan diganti pelaksanaannya di hari lain,” kata Iwan kepada Suara Cirebon.
BACA JUGA: Alun-alun Kompleks Makam Sunan Gunung Jati Banjir
Menurutnya, pelaksanaan PAT hari terakhir akan dilanjutkan setelah ruang kelas sudah dibersihkan dan siap ditempati untuk ujian.
“Nanti sebelum dipakai ujian, kelas harus dibersihkan. Kasihan jika siswa ujian di tengah kelas yang kotor akibat sisa banjir,” ujarnya.
Iwan menjelaskan, bangunan MI Al Muawanah 2 berada di wilayah yang menjadi langganan banjir. Dalam kurun tahun 2022 saja, pihaknya mencatat sudah 30 hari pembelajaran diliburkan karena banjir.
BACA JUGA: Sungai Ciberes Meluap, Ribuan Warga Kabupaten Cirebon Terdampak
“Jumlah keseluruhan murid ada sebanyak 168 orang, ketika kondisi banjir mereka secara naluri tidak berangkat, namun sebagian mengerti ketika siang hari datang ke madrasah untuk ikut membantu membersihkan ruang belajar yang terendam banjir,” katanya.
Untuk mengantisipasi ketertinggalan dalam pembelajaran karena musibah banjir, lanjut Iwan, MI Al Muawanah memiliki kiat tersendiri.
“Kami tetap berupaya agar pembelajaran tidak sampai tertinggal,” tegasnya.
BACA JUGA: Banjir Rob Terjang Pantura Cirebon
Meski demikian, pihaknya berharap kepada instansi terkait untuk segera melakukan upaya penanganan banjir, terutama normalisasi Sungai Ciberes dan pembenahan tanggul agar sekolahnya tidak terus-terusan terendam banjir.
“Jelasnya banjir ini sangat mengganggu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Selain berdampak pada proses KBM, banjir juga merusak sarana dan prasarana madrasah. Karena itu, kami minta pihak berwenang segera melakukan penanganan banjir. Kami sudah sangat terlalu capai dengan kondisi banjir yang kerap merendam madrasah kami,” pungkasnya. (Baim)