Suami istri tersebut memberanikan diri menyedekahkan nasi bungkus yang memanfaatkan daun jati. Saat itu dengan lauk pauk yang tersedia pada masa itu, seperti pusu, ikan asin, sambel goreng dan lainnya.
Budayawan, Ichwan Mulyana, menyampaikan, karena kabar dari mulut ke mulut, semakin banyak pekerja yang tahu kalau ada warga yang bersedekah nasi bungkus, mereka pun menyerbu ke sana.
Namun, selanjutnya mereka menyadari kalau beras dan segala lauk pauk itu harus dibeli dengan uang, akhirnya mereka sepakat memberikan uang alakadarnya kepada Ny. Tan Pauw Lin, dia pun menerimanya setelah dibujuk oleh para pekerja. Dari sinilah, nasi Jamblang akhirnya dikenal ke mana-mana dan merupakan andil dari keturunan Tionghoa.
Pembauran lewat makanan juga dilakukan lewat dodol keranjang yang oleh sebagian masyarakat Cirebon disebut dengan “dodol Cina” yang sangat terkenal itu. Dodol keranjang memang telah dianggap sebagai “bahasa pembauran” komunitas Tionghoa dengan penduduk pribumi.
“Suatu pergaulan lewat makanan yang mengikat hubungan secara psikologis ini ternyata terbilang ampuh. Masyarakat pribumi, terutama yang tinggal di sekitar Kampung Pecinan pasti hapal, kapan Imlek berlangsung,” tutur Ichwan, Jumat, 11 November 2022.