SUARACIREBON- Peran Sunan Gunung Jati dalam penyebaran Islam ternyata memengaruhi seni, budaya, arsitektur, dan kuliner, dalam hal ini ketika kedatangan orang-orang Tiongkok ke wilayah Cirebon.
Interaksi antara penduduk asli setempat dengan pendatang dari Tiongkok juga terkait dengan kuliner, salah satunya adalah sega atau nasi Jamblang.
Diceritakan pada tahun 1847, Pemerintah Kolonial Belanda membangun Pabrik Gula (PG) di Gempol, Plumbon dan sebuah pabrik spirtus di Palimanan Cirebon. Sehingga banyak pekerja yang datang ke tiga pabrik tersebut untuk menjadi buruh, terutama dari wilayah Kawedanaan Plumbon, Palimanan dan sekitarnya.
Meskipun banyak pekerja, namun, pada saat itu, orang Cirebon beranggapan pamali (pantangan) menjual nasi, padahal mereka yang datang dari jauh dan harus sampai ke pabrik pagi hari sangat membutuhkan sarapan pagi.
Melihat hal itu, ada warga yang tak jauh dari pabrik, patut diduga dari daerah Jamblang bernama H. Abdulatif dan istrinya Ny. Tan Pauw Lin, yang biasa disapa Ny. Pulung dan dipastikan salah seorang keturunan Tionghoa tergerak hatinya saat melihat pekerja lepas susah payah mencari warung nasi.