Ciri-cirinya yang utama bisa dilihat melalui cuaca. Ini bisa dimaklumi, karena Imlek sendiri menurut pengertian masyarakat adalah pesta yang berkaitan erat dengan musim tanam. Makawajar, jika pada tahun baru itu selalu diguyur hujan. Masyarakat pribumi menyebutnya “Tahun Baru Cina.”
Pada saat seperti itulah dodol Cina mengalir. Di setiap rumah, took dan warung-warung selalu tersedia dodol yang terasa kenyal dan khas tersebut. Pengaruhnya terhadap makanan masyarakat pribumi nampak menonjol. Kueh koci atau “simonyong” (dalam masyarakat Pasundan) misalnya, diperkirakan merupakan peniruan dari dodol tersebut.
Terbuat dari bahan beras ketan, gula merah yang diolah hingga kenyal, lalu diberi bumbu berupa tumbukan kacang hijau, kacang tanah atau parutan kelapa campur gula yang dibungkus dalam bentuk piramid, jadilah makanan khas itu. Rasanya memang mirip dengan dodol Cina.
Meski sekarang masyarakat mulai kehilangan kedua makanan tersebut dan menggantinya dengan makanan kaleng. Namun paling tidak kedua jenis makanan tersebut telah berhasil sebagai alat “diplomasi” kebudayaan antar kedua etnis. Dari kedua makanan itulah, kedua etnis tersebut saling melakukan tradisi “kirim mengirim” pada hari rayanya masing-masing.