KABUPATEN CIREBON, SC- Banjir kembali menggenangi sejumlah desa di Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, Jumat (21/1/2022) malam hingga Sabtu (22/1/2022) siang. Korban banjir waled pun mengaku bosan. Mereka ingin hidup normal tanpa rutinitas banjir tahunan.
Banjir yang rutin terjadi, meninggalkan beban psikologis bagi warga yang menjadi korban bencana tahunan tersebut. Pasalnya, setiap tahun mereka selalu merasakan rumah, kawasan permukiman dan infrastuktur jalan di desanya terendam banjir. Tak jarang, banjir bahkan membawa serta lumpur tebal yang mengotori rumah dan infrastruktur lainnya.
Seorang warga Desa Mekarsari, Kecamatan Waled, Wardi (50), menuturkan, setiap musim penghujan tiba, dirinya dan masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Ciberes, selalu dihantui rasa waswas. Ia khawatir, Sungai Ciberes yang melintasi desanya kembali meluap, karena sudah tidak mampu menampung debit air hujan.
BACA JUGA: Lima Rumah Warga Gembongan Mekar Rusak Diterjang Angin
“Banjir akibat luapan Sungai Ciberes ini jadi bencana rutin setiap musim penghujan. Banjir bahkan bisa mencapai 20 kali lebih melanda permukiman warga khususnya di Desa Gunungsari dan Mekarsari, Kecamatan Waled ini,” kata Wardi kepada Suara Cirebon, Sabtu (22/1/2022).
Ia mengaku bingung, putus asa sekaligus bosan setiap kali rumahnya dan ribuan warga lainnya kebanjiran akibat luapan Sungai Ciberes tersebut. Pasalnya, selain ribuan rumah tergenang, banjir juga merendam ratusan hektare lahan pertanian, akses jalan dan fasilitas umum lainnya. Akibatnya, perekonomian dan aktivitas warga lumpuh.
“Kami sudah bosan dengan banjir yang selama ini terus menerus menggenangi permukiman setiap tahun. Dan itu sudah menjadi tradisi tahunan,” katanya.
BACA JUGA: Puting Beliung Terjang Sejumlah Desa di Gunungjati Cirebon
Menurut Wardi, setiap banjir masyarakat harus angkut-angkut barang dan mengamankan dokumen penting agar tidak terkena banjir. Saat banjir surut, mereka masih harus disibukkan dengan bersih-bersih lumpur maupun sampah yang ditinggalkan banjir.
“Kami sudah capek, ingin hidup normal, bertahun tahun selalu begini setiap musim hujan,” ungkapnya
Dijelaskannya, rutinitas menjadi korban banjir sangat memperngaruhi psikologinya. Ia mengkhawatirkan, pengaruh negatif akibat banjir juga menimpa anak-anak di desanya.
BACA JUGA: Cirebon Belum Aman dari Ancaman Bencana, BMKG Prediksi Januari 2022 Puncak Curah Hujan
“Memang banjir merupakan bencana alam, tapi ada akibat tentunya ada sebab,” imbuhnya
Menurutnya, butuh upaya konkret dari pemerintah untuk menanggulangi banjir khususnya di Kecamatan Waled maupun Kabupaten Cirebon agar tidak menjadi bencana rutin tahunan.
“Kami ingin tindakan nyata dan harus segera dilakukan dan direalisasikan, bukan sekadar janji,” ujarnya.
BACA JUGA: Sungai Ciberes Meluap, Ribuan Warga Kabupaten Cirebon Terdampak
Senada warga Desa Gunungsari, Waled, Agung mengatakan, selama ini masyarakat korban banjir hanya diberikan janji manis, namun belum ada tindakan yang memberikan dampak yang baik dalam penanggulangan banjir.
“Ironisnya, banjir kerap hanya dijadikan bahan pencitraan atau tebar pesona dan itu dijadikan sekadar konsumsi publik, dengan memberikan bantuan dan janji-janji manis, akan tetapi seperti banjir, saat air surut, janji pun hilang dengan sendirinya, meninggalkan lumpur dan sampah,” kata Agung.
Agung menegaskan, masyarakat ingin ada bukti nyata untuk mengatasi bencana tahunan itu agar masyarakat bias hidup normal seperti di daerah lain.
BACA JUGA: Kabupaten Cirebon Masih Zona Merah Bencana, Paket Bantuan Dinas Sosial Berkurang 50 Persen
“Yang kami inginkan solusi menanggulangi banjir secara nyata,” katanya.
Dikatakan Agung, dalam menanggulangi banjir, wacana pembangunan waduk di Desa Waled Asem dengan tujuan menampung air dari hulu Ciberes (Kuningan, red) diharap dapat meminimalisir potensi banjir di wilayahnya.
Namun wacana tersebut, hingga saat ini belum juga terealisasikan meski sudah beberapa kali dilakukan kunjungan dari pihak terkait.
BACA JUGA: Ketua PKB Kabupaten Cirebon, Raden Hasan Basori Buka Posko Banjir Waled
“Kami meminta tindakan nyata dengan merealisasikannya, bukan sekadar janji-janji manis belaka,” pungkasnya. (Baim)