KABUPATEN Cirebon selain kota wali dan budaya, juga memiliki peninggalan dari para nenek moyang. Di antaranya situs Sumur Wasiat yang ada di Desa Kepompongan Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Situs sumur wasiat tersebut merupakan sumber mata air yang sejak dulu sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
Dr R Opan S Hasim, salah satu sejarawan Cirebon mengatakan, sumber air di daerah-daerah tertentu selalu ada. Apalagi daerah secara gravitasi menurun dan keberadaan situs Sumur Wasiat ini sangat memungkinan adanya sumber air.
“Kalau dilihat dari atas, ada beberapa saluran yang sumbernya dari bendungan Kedung Pecut, yakni saluran terbuka berbentuk sungai. Dan ada juga saluran tertutup (di bawah tanah,-red) dan Sumur Wasiat ini sudah ada sejak zaman dahulu,” ujar Opan, kepada Suara Cirebon, Selasa (27/8) di sela acara Pengabdian Kepada Masyarakat Dosen Sejarah Peradaban Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dikatakan Opan, Situs Sumur Wasiat ini dulunya sering digunakan oleh para warga setempat ketika mengalami kekeringan atau kekurangan air mereka berdatangan ke situs ini untuk mengambil air. “Situs ini adalah sumber air langsung dari dalam bumi, jadi orang kalau mandi itu mengharapkan berkah, agar tetap sehat,” katanya.
Masih dikatakan Opan, dirinya mendapatkan informasi bahwa situs tersebut pertama kali ditemukan oleh buyut Jasih. Namun dirinya belum bisa memastikan apakah situs ini berkaitan dengan Tuk Jasih yang berada di sebelah selatan dari sumur wasiat ini.
“Saya kemarin dari para sesepuh di sini katanya yang menemukan situs ini pertama kali, katanya buyut Jasih. Di letartur sejarah belum ketemu. Kalau di seletan ada sumber air lagi namanya Tuk Jasih apakah ada kaitannya dengan sumur ini. Ya kita perlu penelitian lebih dalam lagi,” katanya.
Sementara itu Elang Aji Nurasa pendamping Sultan Emirudin Kanoman menambahkan, situs Sumur Wasiat ini sudah ada sejak abad ke-14 atau 15. Dikatakan Elang yang berbeda dari situs ini adanya batu yang bisa mengeluarkan air.
“Sekitar abad 14 atau 15 pada zaman Pangeran Walasungsang, tapi situs-situs yang ada di Cirebon hanya di sini yang berbeda dan antic. Karena ini dari batu murni keluar mata air. Secara logika tidak masuk akal. Masyarakat pun kaget,” katanya.
Selama 20 tahun, tambah Elang situs sumur ini terbengkalai dan tidak difungsikan sama sekali. Sebelum difungsikan kata Elang situs ini seperti hutan. “20 tahun tidak difungsikan sama sekali mati terbengkalai, ini kondisi dulunya seperti hutan,” katanya. (M Surya)