TALUN, SC- Cemas dan khawatir, dua kata itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan pasangan suami istri (pasutri) penghuni rumah tidak layak huni, Widi Prastya (37) dan Siti Khodijah (30). Kondisi sebagian atap rumah pasutri warga RT 03 RW 01, Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon itu, ambruk sejak enam bulan yang lalu. Dan sampai sekarang belum mampu diperbaiki.
Sehingga, Widi Prastya dan istrinya bersama kedua anaknya, Ilham Prastya (6) dan Imam Al-Farizi (3) serta kedua adik kandung Widi Prastya, terpaksa harus tetap tinggal, tidur dan beristirahat di kamar dan ruang tamu yang masih tertutup sisa genteng.
Selain itu, yang membuat penghuni rumah selalu was-was dan khawatir adalah karena di sana-sini kondisi bangunan sudah rapuh dan membahayakan keselamatannya. Kepada sejumlah awak media, Widi Prstya, mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut. Pasalnya, sebagai buruh bangunan, penghasilannya sangat pas-pasan dan cenderung tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Ya mau bagiamana lagi, mau tidak mau saya dan keluarga tetap harus tinggal disini. Karena untuk merehab rumah, saya tidak ada uang. Jangankan untuk rehab, untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang ada kadang tidak (ada). Karena penghasilan saya sebagai buruh bangunan kan tidak seberapa,” ujar Widi.
Menurut Widi, kondisi rumah yang membahayakan keselamatan itu sudah diketahui pihak pemdes setempat. Bahkan, pihak Pemdes juga sudah mengusulkan perbaikan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cirebon. Namun, setelah enam bulan berlalu dari peristiwa ambruknya atap rumah itu, hingga saat ini masih belum ada tanda-tanda bantuan pemerintah akan turun. “Pemerintah desa sudah datang ke sini, katanya sih sudah dirapatkan. Tapi sampai saat ini belum ada bantuan juga,” kata Widi diamini istrinya, Siti Khodijah.
Masih menurut Widi, rumah yang ditempatinya sejak sekira dua tahun lalu itu merupakan peninggalan orang tuanya. Sehingga, selain ditempati keluarga kecilnya, rumah tersebut juga ditempati kedua adik kandungnya. Sayang, karena kondisi sudah lapuk, atap bagian belakang rumahnya itu pun ambruk pada Maret 2019 lalu. “Saya sangat berharap Pemerintah Kabupaten Cirebon mau membantu keluarga kami, membangun rumah kami agar menjadi layak huni,” ungkapnya. (Islah)