TAK banyak yang tahu, limbah cangkang kerang hijau yang biasanya dibuang dan mencemari lingkungan, kini bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Mungkin, sebagian masyarakat baru mengetahui cara mengolah limbah ini hanya untuk campuran pakan ternak atau kerajinan tangan saja. Padahal, limbah cangkang binatang laut bernama latin perna viridis ini bisa diolah menjadi bahan campuran makanan yang bergizi.
Dosen Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Eka Fitriah SSI MPd menjelaskan, selain dapat meningkatkan ekonomi, pemanfaatan limbah cangkang kerang hijau ini juga menjadi salahsatu alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Karena, kata dia, seperti diketahui banyak masyarakat di wilayah Cirebon, khususnya di bagian utara yang bermatapencaharian sebagai pembudidaya kerang hijau dan cangkangnya belum termanfaatkan dengan baik.
“Selama ini, masyarakat hanya tahunya untuk bahan makanan tambahan ternak saja, tetapi belum ada yang berinisiatif untuk mengolahnya sebagai bahan alternatif yang lain. Seperti yang kita lakukan ini adalah mengekstrak dari cangkang kerang adalah kalsiumnya,” kata Eka kepada Suara Cirebon, Jumat (15/11/2019).
Melihat potensi yang dimiliki Cirebon tersebut, dimana limbah cangkang kerang hijau berlimpah ruah, maka menurut dia, jika peluang ini bisa dimanfaatkan dengan baik maka akan menjadi salahsatu sektor yang cukup menguntungkan dan dapat mensejahterakan masyarakat, khususnya yang ada di pesisir pantai.
“Sebenarnya pengolahan ini sangat mudah sekali dan bisa dilakukan oleh masyarakat umum, asalkan mereka mau mengolah limbah itu menjadi sesuatu yang bermanfaat yang hasilnya akan mempunyai nilai ekonomis,” ujarnya.
Dia menjelaskan, membuat makanan dari olahan bahan ini bukan berarti cangkang kerang tersebut bisa dimasak langsung. Melainkan, limbah cangkang harus diolah terlebih dahulu melalui beberapa tahapan hingga akhirnya menjadi tepung dan siap untuk menjadi tambahan bahan makanan.
Bahkan, Eka mengungkapkan, pihaknya juga telah mencoba membuat berbagai macam olahan makanan dengan dicampur tepung cangkang kerang tersebut. Seperti ice cream, kerupuk, aneka kue kering, brownis, bakso, dan lainnya. Namun, dia mengakui, ada beberapa jenis olahan tersebut yang tekstur cangkangnya masih terasa saat dimakan. Sehingga, kata dia, hal ini merupakan sebuah tantangan bagi dirinya untuk terus mengembangkannya agar bisa didapatkan tepung cangkang kerang yang benar-benar halus dan menghilangkan tekstur tersebut.
“Saya pernah mencoba membuatnya untuk bahan campuran brownis, tapi memang jika tepung ini dibuat untuk bahan campuran seperti roti atau brownis, dan bakso masih ada tekstur sedikit kasar yang terasa ketika dikunyah. Sebenarnya enak, tapi orang kan belum terlalu familiar. Tapi kalau dibuat ice cream, kerupuk, atau kue kering tekstur yang sedikit kasar tersebut tidak terasa. Bahan-bahan dasar untuk membuat kue itu sama, tapi tepung cangkang ini hanya untuk tambahan saja,” paparnya.
Untuk itu, dia menjelaskan, sebenarnya penelitian tersebut masih berlanjut. Selain untuk bahan olahan makanannya yang telah menghasilkan beberapa produk, juga terkait kandungan yang ada dalam tepung tersebut. Sehingga hasilnya, bahan pangan yang nantinya akan diaplikasikan ke masyarakat tersebut memang benar-benar aman untuk dikonsumsi.
“Jadi kami akan melakukan uji mikroba dan uji komposisi dari bahan olahannya yang sudah jadi. Kalau kemarin yang diujikan baru tepungnya, sekarang itu dari hasil olahan makanannya di laboratorium, baik kimiawi, mikro biologi, kemudian uji organoleptik uji kesukaan produk. Setelah uji itu selesai, baru kita akan melakukan desiminasi, apakah itu berupa penyuluhan, pelatihan kepada masyarakat. Dan kami juga akan melakukan sosialisasi dulu ke daerah yang banyak terdapat limbah cangkang kerang hijau,” pungkasnya. (Arif)