DLH-Wakil Rakyat Sepakat Bukan karena Limbah Industri, Padahal Sampel Baru Dikirim ke Lab
SUMBER, SC- Geger warna air Sungai Ciberes di wilayah Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon yang berubah warna menjadi pink, mendapat perhatian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon. Kabid Pengendalian dan Pemulihan Dampak Lingkungan DLH, Yuyu Jayudin mengatakan, perubahan warna air Sungai Ciberes diduga disebabkan oleh intrusi air laut yang bercampur dengan ganggang, bakteri ecoli, dan sampah yang mencemari sungai tersebut.
Menurut Yuyu, pihaknya sudah mengambil sampel air sungai tersebut pada Minggu (1/12). Sampel air itu diambil untuk mengetahui kandungan BOD dan COD ecoli yang terkandung dalam air sungai.
Sampel sudah dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan. Hasil laboratorium baru bisa diketahui dalam kurun waktu dua minggu ke depan.
“Kemarin kita udah ambil sampel air untuk mengetahui kandungan BOD dan COD ecoli-nya. Dan baru hari ini (kemarin) kita kirimkan air itu ke laboratorium terus kita menunggu dua minggu ke depan untuk hasilnya,” kata Yuyu.
Dijelaskan, dugaan sementara perubahan warna air Sungai Ciberes sama seperti yang terjadi di Sungai Kamal Brebes. Perubahan air itu akibat ganggang di mana intrusi air laut yang menyatu dengan ganggang, bakteri ecoli dan sampah, sehingga menyebabkan warna air berubah.
“Dugaan sementara, sama seperti di Sungai Kamal yang di akibatkan oleh intrusi air laut yang bercampur dengan ganggang, bakteri ecoli dan sampah sehingga bisa merubah warna air,” kata Yuyu.
Mulanya, pihaknya merasa kesulitan ketika pertama kali datang kelokasi untuk mencari lokasi yang pastinya. Pasalnya, terdapat tiga titik di wilayah Kecamatan Gebang yang warna air sungainya berubah.
Bahkan bukan hanya di Sungai Ciberes, tapi juga terdapat pula di lokasi lain yakni di dekat PT Unaglori dan 1 kolam milik warga yang perubahan warna airnya diketahui sejak bulan Oktober.
“Setelah ditelusuri ada tiga titik di Kecamatan Gebang itu, yakni di Sungai Ciberes terus deket PT Unaglori dan satu kolam milik warga,” papar Yuyu, Senin (2/12).
Sebelumnya, anggota DPRD Kabupaten Cirebon dari Dapil V, Hermanto mengungkapkan, kondisi Sungai Ciberes tercemar sudah terjadi sejak belasan tahun lamanya.
Mulanya, sejak dirinya lahir hingga besar, kondisi Ciberes masih jernih. Tidak ada sedikitpun pencemaran yang terjadi di sungai Ciberes tersebut. Namun, seiring meningkatnya jumlah penduduk, sekitar awal tahun 2000 an kondisi sungai Ciberes mulai tercemar.
“Dulu tidak separah ini. Yang jelas pencemaran Sungai Ciberes akibat akumulasi dari sampah-sampah rumah tangga yang dibuang ke Sungai Ciberes,” kata Hermanto.
Diakui, saat ini kondisi Sungai Ciberes dinilai sudah cukup parah. Dia menduga pencemaran sungai tersebut murni akibat limbah dari sampah rumah tangga, bukan dari limbah pabrik-pabrik atau industri.
“Memang perlu adanya peran serta dan kesadaran dari semua pihak untuk menangani masalah pencemaran sungai ini,” ungkapnya.
Selain itu, imbuh Hermanto, kondisi itu terjadi akibat perilaku masyarakatnya sendiri yang buang sampah sembarangan. Untuk itu, dia berharap agar pemda dapat hadirnya di tengah-tengah masyarakat.
“Karena ada masyarakat yang latah membuang sampah ke sungai, kemudian ada juga masyarakat yang kebingungan membuang sampahnya ke mana. Nah peran pemerintah harus ada di sini,” paparnya. (Islah)