Kepala DSP3A Kota Cirebon, Iing Daiman MSi melalui Kepala UPT Liposos, Panti Persinggahan, dan LBK, Astawi SE menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kulitas pelayanan, sarana dan prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) tahun 2020.
“Kegiatan ini adalah pelatihan kepada para penyandang tunarungu, tunawicara, dan fisik yang diikuti 10 peserta. Pelatihannya sendiri dilaksankan selama 3 hari, yaitu Rabu sampai Jumat (19-21/2/2020) di LPK Annida,” jelas Astawi kepada Suara Cirebon di sela-sela kegiatan.
BACA JUGA: Situs Matangaji Diduga Dibongkar Oknum
Dalam pelatihan tersebut, dia menjelaskan, para peserta yang merupakan kaum difabel tersebut diajarkan berbagai jenis olahan makan. Seperti makanan kering dan basah. Sehingga, mereka mempunyai keahlian yang nantinya dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Kedepannya, setelah pelatihan ini akan dilakukan pemberdayaan sacara mandiri. Seperti membuat kewirausahaan untuk penderita disabilitas, sehingga mereka bisa berdaya dan mandiri serta bisa menjalani hidup seperti masyarakat normal pada umumnya,” ujarnya.
Untuk memberdayakan kaum disabilitas, Astawi mengungkapkan, pihaknya telah mempunyai wadah yang diberi nama Kelompok Warga Peduli Ekonomi Disabilitas (Kula Eksis). Di dalam kelompok ini ada berbagai aktifitas usaha yang diperuntukan khusus bagi mereka. Sehingga, setelah pelatihan ini selesai mereka bisa langsung mempraktikan keahliannya dengan melakukan aktifitas usaha melalui kelompok ini.
“Para peserta pelatihan ini memang yang sudah bergabung di dalam Kula Eksis. Melalui program Kula Eksis yang telah digagas Pak Kepala DSP3A Kota Cirebon ini memang untuk mewadahi kaum disabilitas. Alhamdulillah kami sudah punya wadahnya untuk memberdayakan mereka. Sehingga diharapkan mereka dapat mandiri dan menjalankan keahlian mereka dalam berusaha yang akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan mereka,” papar Astawi.
BACA JUGA: Situs Matangaji Diduga Dibongkar Oknum
Sementara itu, salahsatu peserta kegiatan pelatihan, Ahmad Syukri (32) mengaku, dengan mengikuti kegiatan ini dirinya dapat memperoleh banyak manfaat. Seperti bisa mengetahui resep dan cara membuat kue yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usahanya demi menopang perekonomian keluarga.
“Alhamdulillah saya dapat keterampilan memasak, dapat bantuan juga dan dapat pengalaman yang banyak. Kebetulan saya sudah bergabung dengan Kula Eksis ini sejak awal dibentuk pada 28 Juli 2019 lalu, jadi sampai sekarang kurang lebih sudah 7 bulanan mas. Banyak inspirasi yang saya dapat selama bergabung dengan kelompok ini, terutama keterampilan untuk kegiatan usaha,” ucap pria difabel ini.
Hal senda diungkapkan peserta pelatihan lainnya, Wanipa (37). Setelah 7 bulan bergabung dengan Kula Eksis, dia bersama suaminya yang sama-sama penderita tunarungu dan wicara mendapat banyak pelatihan. Keterpilan yang kini telah dikuasai mereka adalah menjahit dan membuat kue kering yang saat ini dimanfaatkan untuk kegiatan usaha, sehingga hal itu dapat meningkatkan perekonomian mereka.
“Bergabung dengan Kula Eksis ini banyak manfaatnya. Seperti diadakan pelatihan keterampilan. Alhamdullah dari berbagai pelatihan itu saya bersama suami bisa menjahit dan membuat kue donat yang dijual di warung-warung. Lumayan buat nambah-nambah penghasilan mas,” kata Wanipa melalui penerjemah bahasa isyarat kepada Suara Cirebon.
BACA JUGA: Memberdayakan Kaum Difabel Agar Tetap Eksis
Hanifah Nurfaiziah Hata (22) penderita tunarungu dan wicara, yang juga peserta pelatihan tersebut menambahkan, selain mendapat keterampilan memasak, dengan mengikuti kelompok ini dia juga mengaku dapat memperluas pergaulannya. Sehingga dirinya bisa mendapat teman dan pengalaman baru yang sangat bermanfaat untuk bekalnya di masa mendatang.
“Saya baru 2 bulanan bergabung dengan Kula Eksis. Di sini saya bisa dapat teman baru dan bisa belajar tata boga juga. Soalnya mamah juga pembuat kue kering. Jadi dengan mengikuti pelatihan ini bisa menjadi bekal untuk meneruskan usaha mamah,” pungkas Hanifah melalui penerjemah. (Arif)