“Kita lagi usulkan, nanti usulan itu jatuh kepada kelompok-kelompok yang terkena bencana. Tetapi yang sudah ikut asuransi tidak diberi bantuan. Karena tanam ulangnya itu bisa ajukan klaim. Makanya kita anjurkan semua petani ambil asuransi usaha tani tanaman padi, preminya cuma Rp36 ribu. Terus kalau gagal panen itu dapat Rp6 juta,” papar Ali.
Ali menambahkan, di Kabupaten Cirebon lahan pertanian padi yang sudah ikut asuransi jumlahnya sebanyak 20 ribu hektare atau sekira 60 ribu petani. Sisanya, sebanyak 53 persen atau 33 ribu hektare sawah tidak ikut asuransi karena tidak mempunyai risiko gagal.
Sebelumnya, kata Ali, pada bulan Januari jumlah lahan sawah yang terendam banjir mencapai 3.480 hektar. Setelah surut, diketahui ada 464 hektar sawah yang melakukan replanting. Wilayah yang paling luas dilakukan replanting berada di Kecamatan Kapetakan, yakni 305 hektare. Kemudian disusul Kecamatan Panguragan seluas 93 hektare dan Suranenggala 63 hektare.
BACA JUGA: Pura-pura Tunggu Pasien, Seorang Pria Sikat Tas dan HP di RS Sumber Waras Cirebon
Sebelumnya, hujan sekira lima jam tanpa henti yang mengguyur wilayah Kabupaten Cirebon, membuat ratusan hektar sawah diwilayah Gegesik kembali terendam banjir. Akibatnya, sebagian tanaman padi yang masih berusia 20 hari terancam membusuk.
Salahsatu petani asal Desa Bayalangu Kidul, Kecamatan Gegesik, Junedi (52) mengatakan, sambil menunggu banjir surut dirinya terpaksa harus mencari wini (bibit padi) baru untuk menggantikan tanaman padi yang mati. Sebelumnya, kata Junedi, para petani penggarap di blok Kayu Sepat desa Bayalangu Lor sudah tiga kali melakukan tanam ulang mengganti tanaman padi yang membusuk.