ADALAH perempuan Waskini, usia 55 tahun. Warga RT 3 RW 3 Dusun Rambut Kasih, Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon. Sosok pekerja keras yang sehari-hari berjualan serabi demi menghidupi kedua anaknya. “Sebelumnya, saya buruh tani yang berpenghasilan hanya berkisar Rp. 30.000 hingga Rp.40.000 sehari,” cerita Waskini, sedih, kepada Suara Cirebon, Rabu (14/04).
Karena penghasilan sebagai buruh tani dirasa sangat minim ditambah usia Waskini yang semakin renta, terpaksalah wanita berkulit hitam itu beralih pekerjaan sebagai pedagang serabi. “Walaupun penghasilan tidak seberapa, tetapi tidak terlalu mengeluarkan tenaga, ” ungkap wanita yang telah ditinggal mati Sarna, suaminya, tiga tahun lamanya.
Menghadapi roda kehidupan yang seolah tak berpihak kepadanya sementara di pundaknya ada amanat membesarkan dua anaknya, wanita tua itu bercerita tentang bantuan pemerintah dalam bentuk apa pun baik Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan (Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang tak kunjung dia terima. Dirinya berharap, adanya perhatian Pemerintah atau pihak terkait, agar bantuan kepada warga miskin seperti dirinya segera dia terima.
BACA JUGA: Muspika Kaliwedi Lakukan Penyemprotan Massal
Waskini mengaku sedih ketika tetangganya di tiap bulan membawa beras atau uang, yang katanya, dari bantuan pemerintah sementara kehidupan mereka bisa dibilang sangat layak.
“Lha, saya yang hidup tanpa suami dan masih mengurusi dua anak, tidak mendapat bantuan apapun. Apa saya salah jika ingin sama seperti mereka untuk mendapat bantuan?” keluhnya lirih.
BACA JUGA: Kecamatan Sumber Monitoring Pembagian BPNT
Namun, apa pun yang terjadi, di balik kesedihan wanita renta itu, tetap terpancar sorot mata yang mencerminkan kekokohan dan ketabahan dalam menjalani roda kehidupan. “Mungkin nasib saya harus demikian. Tetapi saya yakin, rejeki tidak akan pernah tertukar, asalkan kita selalu berdoa dan berusaha,” pungkas Waskini. (Agus/SC )