KABUPATEN CIREBON, SC- Kepergian Almarhum Kapten CPN Yulius Hendro untuk selama-lamanya meninggalkan duka mendalam bagi semua pihak, termasuk keluarga dan kerabat Almarhum. Duka itu juga dirasakan oleh Ayah angkat Almarhum, Dedi Kusdinar. Setelah mendapat kabar jatuhnya Helikopter MI 17 di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Dedi Kusdinar langsung bertolak menuju rumah duka di Desa Kalideres, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon untuk ikut melepas kepergian Almarhum ditempat peristirahatan terakhir.
Menurut Dedi, Almarhum adalah sosok pria yang rajin semenjak masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bengkulu. Dari sekolah tersebut, bakatnya sudah terlihat sebagai bibit atlit atletik sprinter. Dedi mengaku mengetahui bakat Almarhum ketika dirinya menjabat sebagai Kabid Olahraga pada Dinas Pendidikan (Disdik) Bengkulu yang saat itu sedang mencari bibit atlit cabang atletik. “Dia dari SMP menjadi atlit dan sudah menjadi anak negara. Setelah lulus SMP, saya ajak ke jakarta untuk sekolah SMA khusus atlit tanpa biaya,” kata Dedi, Minggu (7/6/2020).
Dan ketika menjadi mahasiswa, kata Dedi, Almarhum juga masuk dalam Pusat Pendidikan Latihan Olaraga Mahasiswa (PPLM). Sebagai mahasiswa, Almarhum merupakan atlit terbaik yang banyak menorehkan prestasi. Kemudian, setelah lulus kuliah Almarhum mendaftarkan diri ke TNI AD dan dinyatakan lulus pada tahun 2010 silam. “Dari awal dia ditempatkan di pusdik penerbad semarang. Karir terakhirnya berarti sebagai guru militer (Gumil) di pusdik penerbad itu,” ujar Dedi.
Kendati sudah menjadi anggota TNI AD, namun komunikasi dengan anak angkatnya itu tetap terjalin dengan baik. Terakhir, Dedi mencoba berkomunikasi dengan Almarhum pada Sabtu (6/6/2020) kemarin. Ia mencoba menelpon Almarhum setelah mendapat informasi adanya Helikopter jatuh di Kabupaten Kendal.
Informasi tersebut tak pelak membuat Dedi khawatir karena ia mengetahui Almarhum adalah sebagai Gumil di Pusdik Penerbad tersebut. Sayang, saat itu teleponnya tidak terangkat oleh Almarhum. “Selang beberapa jam kemudian, istri saya mendapat telpon dari istri dia (almarhum) yang mengabarkan bahwa almarhum berada di dalam helikopter yang jatuh tersebut dan meninggal dunia,” terang Dedi.
Ia menjelaskan, mulanya ibu kandung Almarhum meminta jenazah korban dimakamkan di Bengkulu. Namun, anak pertama Almarhum yang sangat dekat dengan Almarhum, Zafira (7) meminta agar ayahnya dimakamkan dikampung halaman istrinya, Rinawati (36) di Desa Kalideres, Kecamatan Kaliwedi. “Cuma anak pertama almarhum yang bernama Zafirah ingin ayahnya dikuburkan di sini (Cirebon). Pesan itu disampaikan oleh istri almarhum kepada saya,” papar Dedi.
Disinggung soal kronologis terjadinya kecelakaan helikopter tersebut, Dedi mengaku tidak tahu persis. Namun berdasarkan informasi yang ia diperoleh, sebelum jatuh Helikopter itu dikabarkan sudah mengeluarkan kepulan asap. Oleh karenanya, dia menyimpulkan terjadinya kecelakaan tersebut bukan karena human eror.
Meski demikian, imbuh Dedi, dirinya tidak akan menanyakan lebih jauh kejadian tersebit karena sudah diserahkan ke pihak berwenang. Ia meyakini petugas akan menemukan penyebab terjadinya kecelakaan tersebut dari kotak hitam yang ada dipesawat tersebut. “Karena mengabdi didunia militer itu sudah kontrak hidup dan mati. Makanya kita serahkan kepada pihak yang berhak. Kami pihak keluarga hanya berdoa yang terbaik untuk almarhum,” ucapnya. Almarhum Kapten CPN Yulius Hendro pergi untuk selama-lamanya meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masing-masing berusia 7 tahun dan 4 tahun serta seorang ibu di Bengkulu. (Islah)