SIAPA bilang lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon hanya menjadi guru atau ustadz saja? Ternyata, alumni kampus negeri satu-satunya di wilayah III Cirebon ini juga ada yang menjadi seorang petani sukses di Kabupaten Majalengka.
Dia adalah Deden Purbaya. Pria lulusan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2013/2014 ini telah berhasil membudidayakan tanaman buah ajaib yang mempunyai 7 rasa sekaligus dalam satu pohonnya. Tanaman buah tersebut adalah Anggur Brazil (Jaboticaba)
Ketujuh rasa itu, yakni rasa jambu biji, leci, manggis, markisa, menteng, srikaya dan anggur yang muncul ketika menjelang matang sampai benar-benar matang pohon.
Kisah suksesnya ini berawal pada tahun 2012. Saat itu, ayahnya yang berprofesi sebagai penjual bibit berbagai jenis tanaman di Majalengka memiliki cabang di daerah Pamengpeuk, Garut. Suatu hari, ada seorang konsumennya di Garut yang mencari bibit pohon buah tersebut.
“Awalnya bapak juga gak tau kalau ada pohon buah Anggur Brazil dan saat itu juga gak punya tanaman itu. Tapi saat itu bapak juga gak menolak permintaan konsumen ini,” kisah Deden kepada suaracirebon.com saat mengunjungi perkebunan Anggur Brazil miliknya di Jalan Wisata Curug Tonjong, Teja, Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Senin (1/6/2020).
Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, sang ayah pun berusaha mencari tanaman yang masih jarang orang miliki tersebut. Diakuinya, untuk mencarinya tidak mudah, tapi akhirnya pohon ini berhasil didapatkan. Tidak jauh sampai ke Brazil, ternyata dia menemukannya di sekitar Majalengka saja.
“Melihat tanaman ini cukup unik, akhirnya bapak membelinya beberapa pohon. Saat itu harganya Rp80 ribuan. Sebagian dijual lagi ke konsumen yang sudah memesan tersebut dan sekitar 5 pohon ditanam sendiri,” terang Deden.
Bahkan, setelah melihat pohon yang ditanam sang ayah, Deden pun merasa tertarik dengan tanaman ini. Pasalnya, pohon anggur ini berbeda dengan jenis anggur lainnya. Jika umumnya tanaman anggur merambat, tapi Anggur Brazil ini dapat berdiri kokoh dengan batang kayu yang keras.
“Itu dia, makanya tanaman ini itu unik. Bahkan, buahnya pun tumbuhnya di batang-batang pohonnya. Itu salah satu alasan kenapa kami membudidayakan pohon ini,” ujarnya.
Dari Keterbatasan
Hari demi hari pun terus berganti, pohon Anggur Brazil yang dia rawat semakin tumbuh dan membesar. Bukan tanpa kendala, tapi segala bentuk ikhtiar dikerahkan hingga akhirnya perkebunan yang dikelola tersebar luas dan mendapat perhatian.
Handphone jadul Nokia 6630 miliknya menjadi sebuah benda yang turut andil dalam kesuksesannya. Pasalnya, melalui alat ini Deden dapat membuat video berdurasi 1 menit 41 detik yang kemudian dia upload ke akun youtube miliknya “Deden Purbaya” pada 21 Juli 2018 lalu. Hingga saat ini, video tersebut sudah lebih dari 735 ribu kali ditonton.
Hingga sekarang, handphone itu masih dia simpan dengan baik. Benda itu telah menjadi saksi bisu perjalanan kisah sukses ini. Dan peristiwa itu pun akan selalu terselip dalam ingatannya menjadi kenangan indah yang takan pernah Deden lupakan.
“Awalnya dari keterbatasan bikin video pakai HP jadul Nokia 6630 dan diupload ke youtube. Kemudian bumingnya itu tahun 2019 mas. Ada wartawan meliput perkebunan anggur ini dan alhamdulillah perkebunan ini terus berkembang dan banyak dikunjungi wisatawan,” kata Deden.
Sejak saat itu, perkebunan Anggur Brazil miliknya mulai dikenal luas masyarakat. Banyak wisatawan yang datang berkunjung, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan ada juga yang dari luar negeri.
Untuk itu, dibantu santri pondok pesantren Daar Al Tarbiyah Rajagaluh, dirinya melakukan penataan di sekitar kebun dan melengkapinya dengan saung. Bahkan, para wisatawan juga dapat memesan nasi liwet beserta lauknya yang dapat disantap di kebun dengan suasana sejuk dan indahnya pemandangan di pegunungan.
“Yang datang ke sini itu ada yang dari Indramayu, Bekasi, Jakarta, Aceh dan daerah lainnya. Selain itu pernah ada orang Jerman datang ke sini dan membeli bibit pohon Anggur Brazil. Sering juga wisatawan anak-anak dari sekolah datang untuk belajar tentang tanaman dan rombongan umum lainnya,” paparnya.
Memetik Hasil
Sebagai alumni mahasiswa PAI, dirinya mengaku mendapat pengalaman tentang menanam pohon saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) ditambah lagi ketika magang di pesantren daerah Ciwidey Bandung utusan dari santri Daar Al Tarbiyah. Pengalaman dan ilmu yang didapat, kemudian dia terapkan dalam menjalankan usahanya saat ini di bidang pertanian.
“Di sana diajarin nyangkul dan mengolah tanah agar subur. Pokoknya pesantren itu luar biasa,” kisahnya.
Saat ini, ada 12 ribu bibit pohon Anggur Brazil yang dia kelola dengan harga jual mulai dari Rp60 sampai Rp6 juta. Namun, hanya puluhan saja yang dia rawat sendiri untuk dibuahkan. Hal itu sengaja ia lakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup besar akan buah ini.
“Potensinya sangat luar biasa, untuk hasil buah yang dijual pun kami belum bisa memenuhi permintaan pasar. Dan harga jual buahnya juga lumayan tinggi, yaitu Rp250 ribu per kilogramnya,” ungkap Deden.
Bahkan, yang memesan buah Anggur Brazil ini juga tidak hanya di dalam negeri, dirinya pun mendapat pesanan dari luar negeri. Sehingga, ketika dia tidak dapat memenuhi permintaan pasar tersebut, dirinya akan menghubungi orang-orang yang telah membeli bibit darinya untuk membeli buahnya jika di perkebunan sedang tidak ada.
“Ada juga yang dari Malaysia dan Singapura yang memesan buahnya, tapi karena ada beberapa kendala sehingga kita belum bisa kirim ke sana. Sedangkan untuk yang membeli bibit pohon di sini memang kami simpan nomor telfonnya, selain untuk sharing tentang cara merawat pohon ini juga agar kalau ada pesanan buah kita mudah komunikasinya. Jadi bisa bermanfaat,” jelasnya.
Deden mengungkapkan, banyaknya buah dari satu pohon tidak dapat disamakan, karena selain umur, pemupukan pun menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap buah yang dihasilkan pohon tersebut.
“Jika buah itu tergantung pemupukan dan umur pohonnya. Di kebun ini, rata rata 4 tahun dari biji sudah berbuah bahkan ada yang belum 2 tahun sudah berbuah. Kalau pohon induk yang ada di sini itu umurnya 9 tahun dan bisa menghasilkan 12 sampai 13kg dalam sekali panen. Jika yang masih baru belajar berbuah yang sedikit. Dalam setahun, pohon ini bisa berbuah 4 sampai 6 kali,” paparnya.
Namun, dia mengaku, setelah dipetik dari pohonnya, Anggur Berazil ini hanya mampu bertahan sekitar 4 sampai 5 hari saja. Sehingga hal itu menjadi salah satu faktor dirinya belum bisa melayani pembelian yang pengirimannya memakan waktu cukup lama.
Untuk itu, dia berencana akan melakukan terobosan dengan mengolah buah ini menjadi selai dan sirup agar awet. Sehingga, selain dapat memenuhi kebutuhan konsumen juga dapat menyerap tenaga sekitar yang tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
“Sebelumnya kalau ada pesanan pengiriman tanaman kami harus menyewa mobil, kalau sekarang Alhamdulillah udah beli mobil baknya. Baru beli kemarin. Yang hebat mah bapak, saya mah yang promosiin aja,” tuturnya malu-malu.
Selain telah menamatkan pendidikan S1-nya di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Deden juga telah menyelesaikan jenjang S2-nya di UIN Sunan Gunungdjati Bandung dengan jurusan yang sama. Bahkan, saat ini, dia tengah berusaha menyelesaikan jenjang S3-nya jurusan Manajemen Pendidikan di Uninus Bandung.
Selain itu, saat ini dirinya pun menjabat sebagai kepala sekolah di salah satu SMK di Majalengka juga tercatat sebagai salah satu dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
“Kita juga kan harus ada usaha sampingan. Pengelolaan kebun ini juga kami melibatkan santri-santri pesantren yang ada di sini. Bahkan, sebagian dari pengahasilan kebun juga ada untuk pesantrennya. Harapannya semoga ini bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan membantu perekonomian mereka,” pungkasnya. (Arif)