KABUPATEN CIREBON, SC- Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) penerapan protokol kesehatan sektor pariwisata masih memiliki waktu satu minggu ke depan untuk melakukan monev di sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Cirebon.
Hingga Senin (20/7/2020) kemarin, tim sudah melakukan monitoring dilebih dari separuh dari jumlah total destinasi wisata di Kabupaten Cirebon. Termasuk, dua obyek wisata di wilayah barat Kabupaten Cirebon, yakni Banyu Panas dan Batu Lawang. Kedua destunasi wisata tersebut berlokasi di Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon.
Ketua tim monev sektor pariwisata, H Hartono usai memimpin monitoring mengatakan, sisa waktu satu minggu yang dimiliki akan terus dipergunakan untuk memantau penerapan protokol kesehatan di beberapa tempat lainnya. Untuk penerapan protokol kesehatan pada destinasi wisata Banyu Panas, Gempol, kata Hartono, pihkanya menilai sarana prasarananya sudah cukup baik. Pihaknya hanya mendorong pihak pengelola untuk menambah pengukur suhu tubuh di tiga titik lagi.
“Ada beberapa tempat yang tadi direncanakan hanya satu tempat disaat mau masuk saja, tetapi kita rekomendasikan harus ada empat titik thermo gun. Itu yang harus dipenuhi itu, karena yang tersedia baru satu, nanti ditambah tiga lagi karena ini area terbuka,” ujar Hartono.
Menurutnya, penempatan petugas pengukur suhu tubuh pengunjung juga harus dilakukan ketika pengunjung hendak berendam di kolam air hangat yang ada obyek wisata tersebut. Bahkan, tim juga merekomendasikan batasan usia yang diperbolehkan berendam di kolam hangat itu.
“Orang yang mau berendam harus tes suhu dulu. Kemudian batasan usia, yang usianya lebih dari 55 tahun tidak boleh. Kalau (pengunjung) memaksakan diri ya silahkan disungai (wisata Banyu Panas), karena dikahawatirkan tidak kuat,” kata Hartono.
Saat melakukan monitoring kemarin, kondisi destinasi wisata Banyu Panas masih belum dibuka untuk umum. Dari hasil monitoring diketahui, pihak pengelola tidak berani membuka karena belum ada izin dari pihak manajemen PT Indocement. Pengelola masih harus menunggu beberapa saat lagi untuk mulai membuka destinasi wisata tersebut.
“Untuk destinasi wisata Banyu Panas, kebetulan dikelola oleh Koperasi Karyawan pabrik semen. Karena areanya berbatasan langsung dengan area pabrik semen, maka kebijakan manajemen pabrik semen belum memperkenankan untuk dibuka. Kalau dari pihak managemen pabrik semen memperbolehkan dibuka, ya dibuka,” terang Hartono.
BACA JUGA: Permohonan Hiburan Hajatan di Kabupaten Cirebon Gratis
Di tempat yang sama, pengelola wisata Banyu Panas, Ragil menyampaikan, pihaknya ingin agar wisata Banyu Panas bisa dibuka secepatnya. Terlebih, di dalam obyek wisata tersebut sudah ada wahana baru yang pembangunannya sudah rampung sejak Maret 2020 lalu.
Saat ini, kata Ragil, pihaknya masih menunggu izin dibukanya wisata tersebut dari manajemen PT Indocement. “Kalau dari pihak Indocement boleh ya kita buka, kami ingin secepatnya (dibuka),” ucapnya.
Dari sisi sarana prasarana protokol kesehatan, dia mengaku sudah siap seratus persen. Setelah ada tim monev dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon memberi rekomendasi, pihaknya ingin agar wisata Banyu Panas bisa segera beroperasi.
“Kami ingin cepat buka kalau sudah dapat izin dari manajemen terkait. Kami ingin bisa langsung operasional setelah ada dari tim Gugus Tugas ke sini memberi rekomendasi izin. Karena untuk protokol kesehatan, Alhamdulillah kita sudah siap 100 persen,” papar Ragil.
Sedangkan untuk destinasi wisata Batu Lawang, tim mendapatkan sedikitnya 6 catatan yang direkomendasikan kepada pihak pengelola untuk diterapkan. Tim meminta tempat cuci tangan dibuat permanen. Kemudian, pengelola diminta menyediakan hand sanitizer di setiap sarana yang bersentuhan. Tim juga merekomendasikan pengecekan suhu tubuh menggunakan thermo gun kepada semua pengunjung ketika masih dikendaraan.
BACA JUGA: AKB di Kabupaten Cirebon Akan Dijadikan Model di Jawa Barat
Selain itu, tim meminta pengelola untuk menambah media informasi tentang pencegahan Covid-19 dan membuat batas jarak kursi. Bukan hanya itu, tim juga meminta pengelola membuat rekayasa lalu lintas untuk kendaraan roda empat di depan kantor kuwu dan pintu masuk obyek wisata. Terakhir, tim meminta pengelola mengajukan permohonan rapid test atau swab kepada Gugus Tugas Kabupaten Cirebon. (Islah)