MENITI harapan memperjuangkan kebenaran lewat sebuah tarian pena sang pewarta menjadi salah satu alasan mengapa tetap bertahan dengan segala keterbatasan tanpa terus terpaku dan beralasan karena sebuah alasan.
Jargon “Mencerdaskan Bangsa melalui Berita” menjadi modal utama keberadaan Surat Kabar Harian Umum Suara Cirebon yang lebih mengutamakan bahasa dan tulisan yang mudah dicerna tanpa berbalut dengan kiasan. Terlebih lagi bahasa modern yang mungkin dimengerti oleh sebagian pihak namun tidak untuk masyarakat kebanyakan.
Dengan usianya yang dibilang tidak muda lagi, namun juga belum masuk dalam fase dewasa, Suara Cirebon tetap eksis dengan satu tekad yang kuat sesuai keinginan sang pendiri “Mencerdaskan Bangsa Melalui Berita”.
Tak jarang pada awalnya banyak pihak yang mencemooh, bahkan, mungkin mencibir tentang keberadaan Suara Cirebon. Betapa tidak, di tengah persaingan yang maha kuat, kondisi yang seakan serba tidak memadai dan mungkin bisa dikatakan terseok-seok.
Pada kenyataannya keberadaan Suara Cirebon kian hari dan kian waktu semakin dikenal oleh masyarakat tanpa dibedakan oleh status atau golongan yang kerap mengukur segala sesuatunya dengan polesan kata maupun kalimat yang dinilai modern, walaupun harus meninggalkan bahasa ibu. Sementara Suara Cirebon tetap bertahan dengan urutan suku kata maupun kalimat yang tetap merakyat.
Sosok Sang Pendiri merupakan salah satu figure yang mengedepankan kejujuran dan kesederhanaan yang takan mampu terkalahkan oleh kemunafikan maupun kepura-puraan.
Sosok Sang Pendiri merupakan salah seorang anak bangsa yang kebetulan dilahirkan di Cirebon dan memiliki keinginan untuk membangun bangsa, khususnya Cirebon melalui berbagai tulisan dan pemikiran yang dituangkan lewat lembaran kertas yang bernama surat kabar. Dan semuanya telah terbukti dengan tetap berkibarnya Surat Kabar Harian Umum Suara Cirebon yang dapat dinikmati oleh para pembaca seantero Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan (Ciayumajakuning).
Ini bukanlah sebuah usaha yang mudah. Ini pula bukannya tidak mendapatkan kendala, betapa keuletan dan kekokohan juga keyakinannya yang telah terpatri dan tertularkan kepada seluruh keluarganya, hingga akhirnya kiprahnya kian hari kian dapat dirasakan.
Satu pesan Sang Pendiri di saat masih memimpin Suara Cirebon “Jangan pernah mengatakan tidak mungkin selama kita hidup di muka bumi ini. Dengan tekad dan semangat kuat dibarengi keyakinan, hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.” Itulah kalimat sakti sang pendiri wariskan kepada para penerusnya, dan pesan pendiri yang harus dipegang dengan keteguhan adalah “Kita adalah Keluarga. Maka jadikan hakikinya keluarga.” Terima kasih Sang Pendiri. Terimakasih Moch Iqbal AW. (R. Agus Syaefuddin)