KABUPATEN CIREBON, SC- Tugas Tenaga Penggerak Desa (TPD) memberikan penyuluhan tentang pembangunan keluarga, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak di Kabupaten Cirebon dinilai tidak mengecewakan. Termasuk dalam memberikan pemahaman penggunaan akseptor KB IUD.
Kepala BKKBN Perwakilan Jawa Barat, Uung Kusmana mengatakan, meski butuh waktu lama, namun peran TPD merubah stigma di masyarakat dinilai berhasil. Indikator keberhasilan itu, kata Uung, bisa dilihat dari meningkatnya peserta KB dari kalangan laki-laki, baik berupa kondom maupun IUD. Dia menyampaikan, sebelumnya stigma di masyarakat bahwa penggunaan alat kontrasepsi KB hanya kewajiban kaum perempuan, masih sangat kuat melekat.
“Sekarang persentase suami mendampingi istri mengecek kehamilan juga meningkat. Dulu kan perempuan saja yang harus pergi ke bidan ke rumah sakit, sekarang partisipasi laki-laki sudah meningkat. Ini salah satu bukti bahwa TPD itu sangat efektif,” ujar Uung usai pertemuan sosialisasi BOKB Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kemarin.
Ia menjelaskan, akseptor IUD sendiri sebenarnya lebih efektif dan efisien. Karena, IUD merupakan alat dan bukan obat. Sehingga, ketika IUD dipasang pada vagina kemudian terjadi kontraksi atau ada ketidaksesuaian, maka tidak akan ada masalah dan IUD bisa langsung dicabut kembali. Berbeda dengan alat kontrasepsi jenis suntik, Uung mengungkapkan, ketika terjadi kontraksi atau ketidakcocokan maka obatnya akan terus mengalir di dalam tubuh.
“Makanya, kalau kita sangat sayang keluarga, sangat sayang masyarakat, lebih baik kita mengampanyekan alat yang memang kalau ada kontraksi bisa segera diselesaikan dan tidak ada persoalan,” kata Uung.
Oleh karena itu, sambung Uung, sebagai aparat negara pihaknya akan terus memberikan pencerahan-pencerahan untuk terus mengubah karakter masyarakat. Selain dua alat kontrasepsi tersebut, imbuhnya, kondom juga merupakan alat kontrasepsi yang aman dan sehat. Karena, dengan memakai kondom, kaum laki-laki jadi lebih tertib dan disiplin. Selain itu, memakai kondom juga bisa menjadi bukti kasih sayang suami terhadap istri.
“Di Jawa Barat sendiri, penggunaan kondom masih rendah sekali. Angkanya masih di bawah satu persen. Karena laki-laki itu tidak mau repot, kemudian karena merasa urusan hamil, menyusui, dan melahirkan itu urusan perempuan. Padahal itu urusan berdua. Ini yang harus terus kita kembangkan,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A), Iyan Ediyana, menyampaikan, secara umum, masyarakat Kabupaten Cirebon sendiri sudah banyak yang beralih ke akseptor IUD. Sebagai masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya tinggi, kata Iyan, masyarakat Kabupaten Cirebon juga sudah menjadikan IUD sebagai kebutuhan.
“Saat kita melakukan penyuluhan juga, rata-rata mereka sudah paham dan yang akan dipilih itu IUD. Kemudian dari dokter-dokter swasta dan bidan-bidan swasta yang yang kami tampung datanya, arah trend ke IUD itu cukup tinggi,” kata Iyan.
Menurutnya, hal itu sejalan dengan kebijakan pihaknya dalam memperkuat Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yakni IUD dan Implan. “Kita arahnya ke sana, kondom dan juga mungkin suntik itu ada juga target tapi kita lebih mengedepankan ke MKJP,” terang Iyan.
BACA JUGA: BKKBN dan PWNU Fatayat Jabar Siapkan Sekolah Pranikah
Kendati diakui MKJP yang paling sulit itu adalah IUD, imbuh Iyan, namun saat ini yang terjadi justru sebaliknya yakni target non MKJP tidak terpenuhi. Diungkapkan, target non MKJP seperti suntik, pil, dan kondom masih berada di angka 50 persen.
Dengan sisa waktu hingga akhir tahun nanti, Iyan optimis target tersebut akan tercapai. “Adanya TPD di lapangan jelas sangat membantu karena dari 159 relawan TPD ini terbagi di beberapa desa dan rata-rata mereka memegang dua desa dan ada yang tiga desa,” pungkasnya. (Islah)