CIREBON, SC- Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) VIII, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Alquran dan Tafsir (Iqtaf) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar Webinar Nasional, Minggu (27/9/2020).
Menurut Ketua HMJ IQTAF, Fasfah Sofhal Jamil, acara yang berlangsung via Zoom Cloud Meeteng dan mengusung tema “Tafsir Inklusi: Penghormatan Terhadap Kaum Difabel” itu merupakan kegiatan salah satu rangkaian harlah.
“Sebelumnya memang telah diadakan beberapa lomba, yakni musabaqah tilwatil quran (MTQ) virtual, musabaqah syarhil quran (MSQ) virtual, dan beberapa lomba karya ilmiah lainnya,” katanya.
Lebih lanjut, rangkaian akhir diisi dengan kegiatan bakti sosial ke komunitas Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI) yang ada di Cirebon
“Tema Webinar ini memang rekomendasi dari Kepala Jurusan, tujuannya memang untuk memberi motivasi agar mereka merasa sama dengan kita, mempunyai hak yang sama, mempunyai cita-cita yang sama dan impian yang sama,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir, H Muhammad Maimun MA MSI mengaku, berterima kasih kepada narasumber yang telah meluangkan waktu untuk dapat mengisi Webinar ini.
“Diangkatnya tema ini karena memang ada mahasiswa dari kalangan difabel, berdasarkan ketika saya menjadi dosen pembimbing lapangan Kuliah Kerja Nyata (KKN), terlebih pada era Covid ini belum ada yang peduli terhadap mereka,” kata Maimun.
Ia juga berterima kasih kepada HMJ, menurutnya, hal ini merupakan salah satu kreatifitas dari mahasiswa dengan menghadirkan juru bahasa isyarat
“Harapannya dari jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir ini mempunyai juru bahasa isyarat, dengan demikian yang memiliki kebutuhan husus dapat mendapatkan ilmu dari mahsiswa Ilmu Alquran dan Tafsir,” tandasnya.
Narasumber pertama dalam kegiatan tersebut, Gus Ulil Abshar Abdalla mengaku, dirinya senang dan merasa terhormat dapat hadir dalam diskusi ini.
“Tema ini memang jarang dibahas oleh kalangan pesantren, dan juga kalangan akademis, saya sangat mengapresiasi acara ini,” katanya.
Ia menegaskan, tema fiqih disabilitas ini penting dimasukkan percakapan mengenai diskursus fiqih di Indonesia, karena isu mengenai difabilitas menjadi isu terpenting, sampai-sampai sudah ada deklarasi PBB terkait isu ini.
“Tema ini penting pada perencanaan kota di dunia, Jika ada fasilitas tidak ramah bagi difabel, maka dipersoalkan, itu merupakan suatu kesadaran peradaban manusia yang menarik,” ujarnya.
Sebetulnya, lanjut dia, istilah difabel di dalam fiqih itu tidak dikenal secara spesifik, tidak ada bab khusus. Dan saya kira harus jujur isu disabilitas muncul dari kalangan sekuler sebenarnya.
Narasumber lainnya, Dr Syarullah Iskandar MA mengatakan, isu difabel memang isu yang harus didekati dengan pendekatan Alquran, karena pendekatan lain telah ditempuh. Untuk itu, pengasuh Ponpes Bayt Al-Qur’an Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta itu berharap, jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir ini dapat berkontribusi juga.
“Dalam Tafsir Maudhui atau tematik terdapat 2 bentuk, yakni Minannasi ilal waqi’ atau teks ke realitas, dan Ini yang sering kita lakukan,” ucapnya. (Arif/Ril)