Warga Karanganyar Dapat Jatah Gilir Air Dua Hari Seminggu
MATAHARI telah beranjak tinggi, namun sisa kantuk masih terlihat jelas di mata Sanipa, warga RT 04 RW 01 Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Rabu (4/11/2020).
Kepada Suara Cirebon, Sanipa mengaku lelah dan mengantuk karena harus begadang semalaman. Hal itu ia lakukan karena air PDAM di desanya hanya mengalir pada waktu tengah malam dan cuma berlangsung selama 3 jam.
“Saya setiap malam harus begadang, karena air ledeng (PDAM) hanya mengalir tiap jam 12 malam itu pun cuma 3 jam,” kata Sanipa.
Dengan cara itulah, Sanipa bisa mengisi penuh bak air kamar mandi dan ember-ember penampung air agar keluarganya bisa mandi, memasak dan mencuci serta kebutuhan sehari-hari lainnya.
Ia mengaku, telah mendatangi kantor cabang pihak perusahaan air minum (PAM), sambil marah-marah melaporkan marah-marah melaporkan kondisi tersebut.
“Ngomongnya nanti-nanti aja gitu, lagi diberesin- agi diberesin,” keluhnya.
Menurut Sanipa, petugas yang ditemuinya menjelaskan tidak ada kerusakan. Namun, petugas itu memberitahu bahwa saat ini sedang diterapkan sistem gilir selama seminggu mendapat 2 hari gilir.
“Ternyata nol tidak jalan lagi. Kondisi matinya lama lah, ini aja sudah berapa hari, hampir 12 hari tidak jalan. Masa sudah musim hujan masih bergilir aja sih gimana,” ujarnya.
BACA JUGA: Abraham dan PDAM Berdamai, Sepakat Upayakan Sumbangsih PAD
Ia menuturkan, selama air ledeng tidak mengalir dengan terpaksa dirinya membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan usaha jualan warung. Bahkan, ia mengaku harus rela tidak berjualan karena kondisi tersebut meski harus membayar tagihan air tersebut setiap bulannya.
“Tapi saya tidak pernah nunggak. Bayarnya kadang Rp 180 ribu kalau lancar, kalau macet ya Rp60 ribuan di 10 kubik,” katanya.
Senada, hal tersebut juga dikeluhkan warga Desa Karanganyar lainnya, Miska mengatakan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ia harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli 4 sampai 5 galon, lantaran kualitas air sumur yang ada tidak bisa digunakan karena cenderung berwarna kuning dan berasa asin.
“Biaya tambahan, PDAM tetap bayar istilahnya lambat tetap didenda. Jadi tiap bulan tidak bayar-bayar denda jalan terus, kalau tidak bayar-bayar ntar dicabut,” kata Miska.
Menurutnya, petugas yang datang setiap bulannya tidak menentu dan cenderung hanya melakukan imbauan pembayaran.
“Untuk bayar doang kadang dikontrol kadang main tembak aja, jadi tidak tahu lah,” katanya.
Terpisah, Kuwu Karanganyar, Moh Yakub membenarkan adanya kondisi tersebut. Tak sedikit pihaknya telah menerima aduan keluhan dari warganya. Menurut Yakub, air ledeng/PAM telah menjadi kebutuhan pokok utama di desa tersebut, sebab air sumur yang ada berkualitas buruk.
“Cuma belakangan ini, masyarakat juga banyak yang mengeluh karena PDAM sering terkendala airnya tidak ngocor,” kata Yakub.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya untuk berkordinasi dengan pihak kantor cabang PDAM setempat, dengan harapan bisa segera diperbaiki.
“Supaya ada perbaikan karena kejadian ini memang sudah berlarut-larut, itu yang terpenting karena air PDAM sudah jadi kebutuhan pokok warga kami,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Cabang Perusahaan Umum Daerah (Perumda) atau Perusahaan Air Minum (PAM) Tirta Jati Kabupaten Cirebon, Trisno mengatakan, untuk wilayah Kroya dan Karanganyar masih menggunakan sistem tata gilir. Sebab, dampak dari curah hujan masih belum mempengaruhi debit mata air.
BACA JUGA: Air PDAM Ngicir, Warga Keluhkan Tagihan Bulanan Tetap Besar meski Air Tak Ngocor
“Kalau untuk cabang hanya memaksimalkan pelayanan dengan debit yang ada dari pusat. Tata gilir untuk Kroya-Karanganyar nanti malam ngalir jam 20.00 mulai dialirkan maksimal, sampai kebutuhan tercukupi,” kata Trisno saat dikonfirmasi melalui telefon selulernya, Rabu (04/11/2020).
Adapun sistem tata gilir tersebut, dalam seminggu ia mengaku mengalirkan air sebanyak tiga kali. Menurutnya, mengenai informasi debit air ada di manajemen pusat. (Joni)