KABUPATEN CIREBON, SC- Kabupaten Cirebon sudah lepas dari zona merah (daerah risiko tinggi) level kewaspadaan penyebaran Covid-19, karena per Selasa (12/1/2021) kemarin, berdasarkan data dari Covid19.go.id, sudah masuk ke zona oranye alias risiko sedang.
Menanggapi turunnya level tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Hj Enny Suhaeni, menegaskan, risiko zona oranye dengan zona merah masih sama, yakni masih risiko tinggi penyebaran Covid-19. Karena itu, meskipun Kabupaten Cirebon sudah masuk zona oranye, namun Kabupaten Cirebon tetap masuk daerah yang harus melaksanakan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Ya kita sudah lepas dari zona merah, tapi zona oranye juga kan tetap berisiko tinggi,” kata Enny, Selasa (12/1/2021).Dia menyebutkan, dari 20 kabupaten dan kota di Jawa Barat yang masuk sebagai daerah yang menerapkan PPKM itu, hanya 5 daerah yang levelnya zona merah. Selebihnya, sebanyak 15 daerah adalah zona oranye. Tapi, 15 daerah itu tetap harus menerapkan PPKM.
Enny menjelaskan, lepasnya Kabupaten Cirebon dari zona merah, karena memang kasus positif ratenya turun, tingkat kesembuhan tinggi dan kematiannya rendah.
“Yang jelas, kasus aktifnya tidak lebih dari target nasional yakni 14 persen. Dengan kesembuhan sebanyak 500 lebih itu kita berada di 12 sekian persen, jadi tingkat kesembuhannya tinggi. Hanya memang untuk positif rate dan kematiannya tinggi,” ucap Enny.
Karena itu, pihaknya akan kembali melakukan swab masif dengan memprioritaskan pemeriksaan ke daerah-daerah yang justru kasusnya masih sedikit alias berada di zona hijau. Selama ini, lanjut Enny, swab masif belum menyentuh semua desa dan kecamatan di Kabupaten Cirebon. Swab yang sudah dilakukan hanya pada daerah yang tinggi kasus positifnya saja.
“Jadi yang sedikit kasusnya juga ingin kita lihat, apakah memang benar kasusnya sedikit atau ada OTG-nya,” jelasnya.
Dikatakan Enny, selama PPKM ini pihaknya menargetkan swab masif hingga 150 pemeriksaan setiap harinya. Ia menyebut, swab yang dilakukan di tempat wisata Gunungjati kemarin juga merupakan upaya swab masif selama PPKM. Di obyek wisata religi tersebut, swab masif menyasar para penjaga atau pemandu wisata. Hal itu dilakukan, agar semua pemandu wisata bisa dipastikan sehat alias tidak terpapar Covid-19.
“Sehingga saat ada yang datang berziarah, tidak ada penjaganya yang tidak sehat,” terangnya.
Namun, Enny menyayangkan jumlah sasaran swab di lokasi wisata tersebut sangat minim, yakni hanya puluhan orang saja. Padahal, dalam swab masif tersebut, pihaknya menyediakan sebanyak 245 swab untuk dua lokasi swab yakni di Gunungsembung dan Gunungjati.
“Di Gunungsembung itu kita siapkan 145, di Gunungjatinya 100, jadi 245. Kita sudah siapkan 245 tapi kenyataan yang diswab hanya 60 orang katanya,” papar Enny.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Lakukan Penyekatan
Dia berharap, semua lapisan masyarakat bisa sama-sama memperketat Prokes. Karena, pencegahan Covid-19 itu bukan hanya tugas pelayan kesehatan atau pemerintah saja, melainkan jadi tugas bersama.
“Makanya, berapapun ruang isolasinya kalau dari hulu (masyarakatnya, red) tidak sama-sama memperketat Prokes ya percuma. Kalaupun ada penindakan tingkat kabupaten, misalkan ada razia jalan tuparev, tapi di daerah lainnya kendor, ya percuma. Jadi semua harus bergerak dari mulai RT RW pemdes sampai kecamatan semua harus bergrerak,” pungkasnya. (Islah)