KABUPATEN CIREBON, SC- Qiroati menjadi metode membaca Al-Quran yang banyak dipakai di wilayah Cirebon. Pasalnya, metode ini dinilai efektif untuk belajar membaca Al-Quran bagi pemula, khususnya anak-anak.
Disampaikan salah satu pembina qiroati, Muhammad Faizudin, bahwa untuk menerapkan metode tersebut, bagi para pengajar anak-anak agar tidak sembarangan dalam mengajarkan ke muridnya. Terlebih, perlu ada pembinaan dan pelatihan secara langsung dari guru qiroati.
“Syarat untuk bisa mengajar qiroati, gurunya harus bersyahadah yang dikeluarkan oleh qiroati pusat di Semarang. Setelah itu, nanti akan diujikan,” paparnya kepada Suara Cirebon saat ditemui di sela-sela kegiatan pembinaan qiroati di MI Ma’arif Sutawinangun, Selasa (12/1/2021).
Kelebihan metode ini, imbuh Faiz, yaitu tahapan dalam pembelajarannya yang terstruktur, teliti, cepat, tepat, dan efektif bagi para pembaca.
“Karena betul-betul memperhatikan makhorijul huruf. Ketelitian, ketentuan kelancaran anak-anak itu sangat hati-hati, misalnya anak sudah bisa hurufnya tapi tidak lancar bacanya, itu belum bisa diluluskan dalam qiroati,” ujarnya.
Karena yang utamanya, tambah Faiz, yaitu dalam membaca Al-Quran, sesuai dengan kaidah lancar, cepat, tepat, dan benar (LCTB). Adapun, jika membacanya terlalu lambat itu tidak boleh.
BACA JUGA: IAI BBC Gelar Wisuda 500 Sarjana-Magister
Sementara itu, Choliqotul Karimah, salah seorang guru qiroati di MI Ma’arif Sutawinangun mengatakan, untuk membina guru madrasah dalam menghadapi tashih, maka diadakan pembinaan metode qiroati kepada para pengajar di madrasahnya.
“Kami sudah 2 tahun melakukan qiroati. Yang jika sudah lulus akan dikeluarkan syahadah. Untuk guru, sudah ada 4 guru yang tashih, dan ada yang akan menyusul 6 guru yang akan tashih,” katanya.
Untuk waktu pembelajaran bagi siswa, kata Karimah, untuk sekolah formal bisa membutuhkan waktu 2 tahun, sedangkan untuk pembelajaran non formal bisa lebih cepat, yakni sekitar satu tahun. Adapun, untuk buku metode qiroati semuanya ada 4 jilid.
“Kelebihannya, metode ini lebih tertib, tertata, makhorijul hurufnya bagus, lebih teliti, dan hati-hati,” paparnya.
Sebetulnya, imbuh Karimah, dalam metode qiroati untuk satu gurunya, bisa mendampingi sekitar 15 siswa. Jadi satu guru untuk 15 siswa.
“Alhamdulillah, ini menjadi daya tarik bagi para siswa, karena metode qiroati ini menjadi program unggulan sekolah kami,” pungkasnya. (Yusuf)