KOTA CIREBON, SC- Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sadagori 1 dan SDN Sadagori 2 dimerger menjadi SDN Sadagori 1. Imbas dari proses merger tersebut, sempat mengalami pro-kontra di kalangan orang tua murid, namun, pada akhirnya masalah tersebut dapat teratasi.
Kepala SDN Sadagori 1, Titi Suparti, M.Pd., mengatakan, proses merger memang sudah lama dilakukan, hal itu atas kebijakan dari Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Menurutnya, selama di merger ini kerap menemui kendala, yaitu baik dari orang tua, guru, dan murid. Yang paling utama, yaitu sisi ekonomi, karena, lanjut dia, dari dua sekolah itu berbeda karakter dan berbeda tingkat ekonomi dari setiap orang tua murid.
“Untuk Sadagori 1 boleh dikatakan menengah ke atas, untuk Sadagori 2 dikatakan menengah ke bawah. Nah inilah yang menjadi kendala kami, bagaimana untuk mempersatukan, karena programnya pasti berbeda, walaupun kurikulumnya sama, kebijakannya juga berbeda,” ujarnya kepada Suara Cirebon di kantornya, Rabu (27/1/2021).
Menurut Titi, hal itu karena ditilik dari karakter orang tua dan kondisi ekonominya. Ketika pihaknya mempunyai program, yang dominannya cenderung memihak ke Sadagori 1. Karena, lanjutnya, induknya yang Sadagori 1, sehingga Dinas Pendidikan tidak meleburkan hanya Sadogari saja, namun tetap menjadi SDN Sadagori 1.
“Akhirnya, karena setelah berbagai macam pertimbangan dan aturan, kita masuk ke induk yaitu Sadagori 1, maksudnya supaya ngerangkul dan ngambil dari Sadagori 2 ke Sadagori 1. Kalau kita melebur semua jadi Sadagori, nantinya balik lagi dari awal, sehingga bisa mempersulit. Nah itulah tujuanya mengapa sekolah ini menjadi tetep mamanya Sadagori 1.
Dengan berbagai kendala yang ada, lebih lanjut, tentu pihaknya tidak lepas dari koordinasi dan musyawarah, baik dengan orang tua, komite sekolah, maupun dengan para guru.
“Setelah dua tahun berjalan, kami robah, supaya tidak ada diskriminasi antara SDN 1 dan 2. Supaya orang tua juga membaur dan guru juga menikmati ngajar di ketiga kelas, yaitu kelas A, B, dan C, sehingga kami rolling di awal tahun ajaran baru,” katanya.
BACA JUGA: FK KKG Kesambi Sosialisasikan Juknis Soal Ujian SD
Sehingga, kata Titi, tidak ada kesan perbedaan antara SD 1 dan SD 2, semuanya berbaur dan bisa diterima. Awal-awal, kata dia, orang tua memang ada yang mengatakan “saya dari SD 1, saya dari SD 2” dari pihak orang tua yang saling membela.
“Alhamdulillah meskipun di awalnya belum kondusif, tapi dengan kebijakan dan pengertian yang baik, dirangkul dan pembinaan, supaya kita bener-benar kondusif dan kompak, saya juga ajak bicara, ajak rapat, sekarang sudah enjoy alhamdulillah,” ujarnya.
Sementara itu, karena sudah digabung, awalnya dua Sekolah yaitu SDN Sadagori 1 dan 2, muridnya pun bertambah banyak. SDN Sadagori 1 menjadi sekolah yang terbanyak murid hasil merger. Jumlahnya sekitar 450 murid, guru dan staf dan lainnya 32 orang. (Yusuf)